YunJae

YunJae

YunJae

YunJae

TVXQ

TVXQ
Allways Keep Fight

Cari Blog Ini

Laman

Sabtu, 26 Juni 2010

Snow Princess (ss) Chap 2

PART 2


A POV


“Bagaimana... bagaimana caranya membuka pintu ini?” Jae memukul salah satu sisi lemari besar di ruangan itu yang diduganya adalah pintu yang menghubungkannya ke ruang bawah tanah.
“kau ini benar-benar sudah gila ya?” Hardik Shindong yang melihat tingkah Jae yang tidak karuan memukul-mukul lemari.

“Jae, hentikan tanganmu bisa sakit” Changmin mencoba menghentikan perbuatan Jae.
“Cincin ...” Tiba-tiba Yunho berkata seperti mengingat sesuatu yang tiba-tiba muncul di benaknya
“CIncin ... Kang ajushi.. cincin ... adakah cincin pemilik kerajaan ini?” Tanya Yunho pada Kang ajushi yang masih membawa lilin untuk menerangi ruangan yang semakin gelap tersebut.
“Eh ... sebenarnya ada ... tapi...” Kang ajushi seperti enggan bicara lebih lanjut
“Mana aku pinjam” Kata Yunho
“Untuk apa?” Tanya Kang ajushi
“Sudah berikan saja” Yunho yang tidak sabar tiba-tiba membentak Kang ajushi, membuat pria setengah baya itu langsung merogoh saku celananya. Diambilnya sebuah kotak kecil, sebesar kotak cincin berwarna keemasan dan kemudian langsung menyerahkannya pada Yunho.

Yunho melepaskan pelukannya pada Yoochun dan kemudian menghampiri Jae.
“Pakai ini Joongie” Yunho mengeluarkan sepasang cincin dari kotak yang diberikan Kang ajushi tadi. Entah pikiran atau asumsi darimana yang membuat Yunho meletakkan kedua cincin itu pada motif lingkaran yang ada disalah satu sudut lemari yang sedari tadi dipukuli oleh Jae.

Terdengar suara gemuruh kecil setelah kedua cincin tersebut terpasang sempurnya pada motif lingkaran yang ada di lemari tersebut. Kemudian perlahan, lemari besar itu berputar perlahan-lahan, membuat sebagian orang bergidik ngeri. Hingga akhirnya terhenti ketika sudah berputar sejauh 900 dari posisi awalnya.

“Ajushi pinjam lilinnya” Yunho mengambil alih tempat lilin dari Kang ajushi dan mulai melangkah masuk. dilihatnya dahulu sisi kiri dan kanan, dari ruangan yang terbuka setelah lemari itu berputar. Dia mengambil sesuatu yang tertempel di tembok, kemudian menyulutnya dengan api kecil pada lilin yang dibawanya, Lalu benda itu menyala, menunjukkan api yang menyalat-nyalat.
“Ayo cepat semuanya masuk” Suruh Yunho. Changmin, Kangin, Jae, dan Shindong mengambil obor yang menempel di dinding lorong tersebut, lalu menyulutnya dengan obor yang sudah menyala yang dipegang Yunho.

Jae dan Yunho ada diposisi terdepan, Kangin di tengah sedangkan Shindong dan Changmin di belakang. Sebelum masuk lorong itu, Kang ajushi mengambil kembali kedua cincin yang masih terpasang di lemari tersebut.

Kengerian masih terlihat disemua wajah rombongan itu. Jeritan dan pekikan kaget masih sontak terdengar karena pasalanya mereka banyak menemukan tulang belulang sepanjang perjalanan mereka dilorong tersebut. Diduga tulang-belulang itu adalah sisa-sisa dari orang-orang yang tidak berhasil keluar dari lorong yang berliku-liku ini.

Jae memimpin rombongan di depan. Entah mengapa Jae dapat mengetahui mana lorong yang harus mereka lalui dan mana yang tidak. Sekitar 10 menit mereka berjalan menelusuri lorong , tibalah mereka di ujung lorong, mereka di hadapkan dengan sebuah pintu besar berwarna emas dengan ukiran-ukiran yang mampu membuat semua orang terpana melihatnya.

‘Aneh ... pintu ini kan, pintu yang dilukis oleh Jae dan Yunho. Apa mereka pernah kesini? Bahkan Jae sampai mampu menuntun kami kesini ..’ Yoochun jadi bertanya-tanya sendiri dalam hati

“Ini dia .. ini dia pintu menuju ruang rahasia ... akhirnya ... akhirnya ketemu ... AKhirnya bisa ditemukan juga” Kang ajushi berteriak histeris sendiri. Dengan tidak sabar, dia mengambil kedua cincin yang tadi digunakan untuk membuka lemari dari kantung celananya, kemudian meletakkan kedua cincin itu di motif lingkaran yang terukir di pintu tersebut. CIncin yang lebih besar ditaruh di pintu sebelah kanan , dan cincin yang lebih kecil ditaruhnya di pintu sebelah kiri. Kembali terdengar suara gemuruh kecil hingga akhirnya pintu itu terbuka.

Kemudian, para pengengang obor, masuk tt#erlebih dahulu dan menyalakan tungku-tungku obor yang terletak di beberapa sudut ruangan yang cukup besar dan mampu menampung 500 orang di dalamnya. Ruangan itu berdebu, namun kemewahan ruangan itu masih dapat terlihat. Ruangan ini memiliki sebuah meja dan kursi di sudut ruangan, dan beberapa rak buku yang terisi penuh dengan buku-buku yang terlihat sangat kuno. Ada sebuah gambar yang mungkin bisa dibilang sebuah peta yang terpajang disalah satu dinding ruangan itu.

Mereka duduk menyebar di berbagai sudut ruangan itu. Wajah panic dan cemas tidak hilang dari wajah mereka, namun ada beberapa orang yang mengganti wajah cemasnya dengan wajah cerah kagum Kang ajushi contohnya. Beberapa orang tampak sedang melihat koleksi-koleksi buku kuno yang tersusun rapih di rak tersebut, termasuk Changmin.

Beberapa lama disana, wajah anak-anak mulai terlihat tenang, bahkan sudah ada yang dapat bercanda dan tertawa lepas.
“Kang Ajushi, daripada diam begini terus, bisakah ajushi menceritakan pada kami mengenai sejarah kerajaan ini, dan sebenarnya tempat apa ini” Yoochun mengusulkan. Dan usul tersebut disetujui oleh Teman-temannya.

Lalu mulailah Kang ajushi bercerita.

1000 tahun yang lalu berdirilah sebuah kerajaan yang bernama Myoung Ra. Antara Raja dengan rakyatnya memiliki hubungan yang sangat baik. Bahkan sang raja tidak segan-segan untuk membantu rakyatnya di lapangan. Raja sangat berwibawa dan bijak, dia sangat dihormati oleh rakyatnya. Namun sayang, Sang Raja tidak bisa memiliki keturunan untuk meneruskan tahtanya kelak.

Suatu ketika terjadilah masalah ekonomi di kerajaan, karena sang raja yang sudah tua tidak dapat lagi memimpin kerajaan dengan baik. Hal itu dimanfaatkan oleh musuh kerajaan untuk menyerang Myoung Ra. Hingga akhirnya peperanganpun terjadi antara kedua belah pihak.

Banyak Prajurit dan bahkan warga yang gugur dalam peperangan. Hingga suatu hari situasai yang sangat gawat terjadi. Pasukan musuh hampir dapat memasuki gerbang kerajaan. Namun ketika pasukan musuh tersebut hanya tinggal sedikit lagi mencapai gerbang, hal aneh tiba-tiba terjadi. Badai salju tiba-tiba datang saat itu, yang lebiih anehnya lagi, badai salju tersebut muncul ditengah-tengah musim semi, dan badai salju itu hanya turun dan tampak menyerang prajurit-prajurit musuh saja.

Di depan gerbang kerajaan, berdirilah seorang gadis yang sedang menatap tajam badai salju tersebut serta prajurit musuh yang terserang badai salju itu. Gadis itu sedari tadi mengulurkan tangan kanannya ke arah musuh.
“Yoona, kau bisa menahan mereka?” Kata seorang pria yang buru-buru menghampirinya, karena melihat gadis tersebut sudah mulai pucat
“Ne, tapi tidak bisa bertahan lama, lebih baik kau cepat” Ujar gadis tersebut, pria itu mengangguk tanda mengerti, ketika pria itu hendak melangkah sang gadis memanggilnya
“Siwon-ah ... “panggil gadis itu, sang pria menoleh
“Saranghae” Ujar gadis yang memiliki rambut hitam panjang bergelombang itu. Pria yang dipanggilnya Siwon, tersenyum kemudian pergi.

Siwon memasuki daerah pertahanan, dia membuat strategi yang cukup hebat untuk menghambat musuh dan menyerang balik musuh. Dibantu oleh para prajurit dan banyak penduduk pria yang siap sedia ikut membantu dalam peperangan tersebut.

Saat kekuatan Yoona yang mampu mengendalikan salju mulai menghilang, diapun mundur dan pergi dari pintu gerbang kerajaan. Cukup banyak prajurit musuh yang mati kedinginan karena badai itu, banyak pula yang terluka karenanya. Sisanya yang mampu bertahan, langsung menyerbu masuk kedalam wilayah kerajaan Myoung Ra.

“mereka datang...” teriak seorang prajurit di bagian pengawasan pada prajurit-prajurit yang dipimpin oleh Siwon dibagian pertahanan.
“Semuanya bersiap-siap” Teriak Makoto, yang sudah menggenggam pedangnya dengan kuat.
Akibat badai salju yang dikendalikan oleh Yoona, prajurit musuh tidak sepenuhnya memiliki kekuatan mereka, mereka cukup lemah. Dan dengan mudah, pasukan musuh tersebut dapat dikalahkan oleh Siwon dan prajurit yang dipimpin olehnya.
Peperangan dimenangkan oleh kerajaan Myoung Ra. Mereka dapat mempertahankan wilayahnya dengan baik.

Yoona adalah gadis yang mampu menurunkan salju dengan kekuatan aneh yang dimilikinya. Sedangkan Siwon adalah seorang pria yang cerdas dan merupakan seorang petarung yang hebat. Dia adalah pemimpin prajurit tertinggi di kerajaan. Mereka berdua adalah teman sejak kecil.

Pertengahan musim dingin, sepasang teman sejak kecil itupun menikah. Saat itu umur mereka baru saja menginjak usia 18 tahun. Pada hari yang sama, bertepatan dengan hari ulang tahun keduanya, mereka melangsungkan upacara pernikahan.

Meskipun hari itu sangat dingin, banyak kerabat yang datang dalam upacara pernikahan mereka. Setelah keduanya menyematkan cincin pernikahan pada pasangannya, perlahan-lahan turunlah salju. Namun salju tersebut tidak dingin. Butiran-butirannya terasa hangat. Membuat semua orang yang ada disana terkagum-kagum. Mungkin salju itu muncul sebagai ekspresi bahagia dari Yoona.

Kedua orang itu banyak membantu memecahkan masalah-masalah yang terjadi di kerajaan. Hingga sang raja yang tidak memiliki pewaris tahta mempercayakan pemerintahannya pada Siwon dan Yoona. Mereka mulai memerintah kerajaan pada usia 19 tahun. Keadaan kerajaan berangsur-angsur membaik saat pemerintahan mereka.

Yoona sedang mengandung anak pertama mereka saat berumur 21 tahun. Saat kandungannya berusia 6 bulan, keadaan kerajaan mulai kembali kacau. Sebuah kerajaan menyerang mereka dengan tiba-tiba, padahal sebelumnya tidak ada masalah dengan kerajaan tersebut. Serangan mendadak itu melumpuhkan Myoung Ra yang tidak memiliki persiapan untuk berperang. Akibatnya banyak rakyat dan juga prajurit yang terbunuh dalam penyerangan tersebut.

Sebagian warga yang bisa diselamatkan sementara mengungsi diruang bawah tanah dan lorng-lorong ruang bawah tanah kerajaan tersebut. Raja Siwon dan petinggi-petinggi kerajaan mulai mengatur siasat untuk menyelamatkan kerajaannya dan membawa rakyatnya menjauh dari tempat ini, karena sudah tidak mungkin mereka tinggal di kerajaan mereka. Dengan jumlah warga dan prajurit yang tersisa tidak akan bisa mengalahkan musuh.
Suatu ketika, datanglah seseorang yang ditugaskan untuk memata-matai musuh yang menduduki kerajaan mereka.
“bagaimana keadaan di luar” Tanya Raja Siwon
“Yang mulia, kita memiliki kesempatan untuk menyelamatkan diri dan pergi dari tempat ini. Besok malam mereka akan mengadakan pesta besar-besaran, dan seluruh pasukan dibebas tugaskan. Saat itu kita bisa pergi dari sini” Ujar si mata-mata menyampaikan informasinya.

Saat pesta besar-besaran itulah, mereka keluar dari ruang bawah tanah, dan menyelinap keluar istana. Mereka akan pergi dan mengungi ditempat yang baru yang telah dipilih oleh Sang raja. Setelah mengetahui seluruh rakyatnya pergi dengan selamat, Raja Siwon dan Ratu Yoona yang saat itu sedang mengandung berserta ketiga pengawal setianya, meninggalkan kerajaan tersebut.

Mereka pergi dengan kereta kuda curian yang telah disiapkan oleh salah satu pengawal mereka. Mereka berhasil keluar dari istana, namun belum jauh mereka keluar, tiba-tiba banyak prajurit musuh yang menghadang mereka.
“Yang mulia, ayo cepat bawa tuan putri pergi dari sini, biar kami yang menghadapi mereka” Ujar seorang pengawal kerajaan dengan menggenggam erat pedang panjang dengan kedua tangannya.
“Ani, aku juga harus menghadapi mereka” Siwonpun bersiaga, mereka mengelilingi kereta kuda yang ada sang Ratu di dalamnya. Mereka berusaha mati-matian melindungi sang Ratu dan bayi yang dikandungnya. Namun karena jumlah musuh begitu banyak, akhirnya mereka semua tewas. Begitu juga Sang Ratu dan anak yang sedang dikandungnya.

Kang ajushi selesai bercerita

“Dan inilah ruang bawah tanah yang digunakan Raja, Ratu dan rakyatnya untuk menyelamatkan diri” Ujarnya lagi.
“Kejamnya...”
“Menyedihkan “
“Kasian sekali mereka”
Berbagai komentar bergaung dalam ruangan tersebut setelah Kang ajushi selesai bercerita.
“Mereka hanya meninggalkan kedua cincin ini dan ruangan yang dari dulu kami cari-cari ini, karena hanya inilah peninggalan asli kerajaan Myoung Ra. Di ruangan ini mungkin akan ditemukan bukti-bukti kemana warga mereka pergi mengungsi dan mungkin kita masih bisa menemukan sejarah kerajaan dari sana” kata Kang ajushi lagi.
Kemudian komentar-komentar mulai terdengar lagi, para siswa sibuk berbicara sendiri menanggapi cerita Kang ajushi dengan teman-temannya.

Sementara itu, Yunho, Jae, dan Yoochun yang duduk bertiga tenggelam pada pembicaraan mereka sendiri.
“Ya ampun Jae, lihat wajahmu pucat sekali” Kata Yoochun khawatir. Yunho langsung memperhatikan Jae begitu mendengar ucapan Yoochun
“Ommo ... Joongie-ah ... kau kan belum makan siang tadi, maagmu pasti kambuh lagi” Yunho ikut-ikutan cemas.
“Aku akan coba minta makanan pada teman-teman” Yoochun bangkit dari duduknya, dan mulai menanyai teman-temannya satu persatu
Sementara itu.
“Kau baik-baik saja Joongie?” Tanya Yunho khawatir.
“Ne, gwenchanayo” Jawab Jae namun dengan suara yang lemas, tubuhnya menggigil kedinginan, Yunho langsung melepas Jaketnya lalu memakaikannya pada Jae
“Gomawo” Ucap Jae yang sekarang sedang menyandarkan tubuhnya yang lemas ke dinding. Kemudian Yoochun datang
“Ini , aku hanya bisa mendapatkan ini” Yoochun menyerahkan bungkusan kecil yang berisi biscuit kepada Yunho. Yunho membuka bungkusan biscuit itu, dan mengambil sekeping biscuit, dipatahkan menjadi bagian kecil, lalu menyuapi Jae.
“Gomawo” Ucap Jae pada sepasang kekasih itu, mereka membalasnya dengan senyuman khas mereka.


“Perhatian semuanya...” Suara Changmin menggema diruangan tersebut, membuat para muridnya langsung menoleh padanya yang berada di depan ruangan tersebut.
“Aku akan memberikan kalian secarik kertas kecil, dan aku minta kalian tuliskan nama kalian dikertas itu” Kata Changmin
“Untuk apa Hyung?” Tanya Kangin
“Ah ... itu nanti Kang ajushi saja yang menjelaskannya, bagikan dulu kertas ini” kata Changmin, kemudian memberikan tumpukan kertas pada Kangin yang langsung dibagiakan olehnya kepada teman-temannya.

“Begini, saya akan memberikan kedua cincin ini pada nama yang akan muncul pada undian nanti” Ujar Kang ajushi sambil menunjukkan kedua buah cincin yang tadi digunakan untuk membuka lemari buku menuju ruang bawah tanah. CIncin itu sudah kembali ketempatnya semula di dalam kotak cincin.
“lho, memangnya boleh dibagikan begitu saja? Bukankah itu adalah benda sejarah?” Tanya Kangin.
“Ani ... cincin ini kami temukan bersama sebuah surat dari Raja dan Ratu Myoung Ra. Dalam surat itu dituliskan untuk menyerahkan cincin pada pemilik barunya dengan cara mengundi nama mereka yang datang pada hari yang telah ditetapkan, dan hari itu adalah hari ini. Dan karena hanya kalian yang datang, maka pengundian akan pemilik baru cincin ini akan dilangsungkan sekarang” Kang ajushi menjelaskan dengan tegas sambil dengan sabar menunggu anak-anak menuliskan nama mereka masing-masing diatas secarik kertas yang dibagikan tadi.
“Apa baik seperti itu ? Jika yang mendapat cincin itu menjualnya bagaimana?” Tanya Tiffani

Kang ajushi menghela nafas panjang.
“Ya apa boleh buat kalau begitu, tapi saya harus tetap menjalankan tugas saya agar arwah Raja dan Ratu tenang disana, saya percaya bahwa orang yang akan mendapatkan cincin ini adalah orang pilihan dan saya yakin tidak akan menjualnya” Jawab Kang ajushi.

Satu persatu anak mulai mengumpulkan lipatan-lipatan kertas yang tertulis nama mereka, yang dikumpulkan dengan topi yang dibawa oleh Kangin.

Sementara itu.

“Joongie, kau berbaringlah” Yunho meluruskan kedua kakinya,
“Tidurlah disini” Yunho menepuk pahanya, mengisyaratkan agar Jae tidur dengan paha Yunho sebagai bantalnya. Jae langsung meletakkan kepalanya di paha Yunho setelah sebelumnya melirik pada Yoochun yang tersenyum dan mengangguk kecil tanda setuju kalau Jae tidur di paha kekasihnya. Baru sebentar saja berbaring, Jae sudah terlelap tidur.
“Kau baik-baik saja , Yoochun?” tanya Yunho pada Yoochun yang ada di samping kirinya, Jae itu berada di kanan Yunho. Yoochun mengangguk
“Hanya sedikit takut karena petir tadi” Kata Yoochun, Yunho langsung merangkul Yoochun, Yoochun meletakkan kepalanya di bahu bidang Yunho, sementara Yunho mengelus kepala Yoochun dengan lembut menggunakan tangan kirinya. Yoochun selalu tenang dan nyaman jika diperlakukan seperti itu oleh Yunho.

10 Menit kemudian.

Kang ajushi sudah mendapatkan topi berisi kumpulan lipatan kertas-kertas kecil di tangannya.
“Baiklah, saya akan mulai mengundi dan mengambil sebuah kertas...” Kang Ajuhsi mengaduk-ngaduk isi topi tersebut, kemudian mengambil secarik kertas. Dia membuka lipatan kertas itu dan membaca nama yang tertera di dalamnya.
“Untuk yang mendapatkan cincin dari Raja Siwon adalah ... Jung Yunho” Kata Kang ajushi, semua memandang ke arah Yunho, jadi mudah untuk Kang ajushi mencari orang yang bernama Yunho itu, karena semua mata tertuju padanya. Sedangkan yang dipandangi malah diam saja, hanya menunjukkan ekspresi wajah yang agak sedikit kaget.

Kang ajushi menghampiri Yunho dan menyerahkan cincin tersebut pada Yunho. Cincin itu terbuat dari emas, tidak ada yang istimewa, hanya berbentuk lingkaran tanpa ukiran atau hiasan apapun.
“Mohon , cincin ini langsung dipakai” Kata kang ajushi
“baik” Yunho menurutinya dan memakai cincin itu di jari manis tangan kirinya. Kemudian Kang ajushi mengambil satu kertas lagi.
“Dan cincin milik Ratu Yoona, akan diserahkan kepada .... Kim ... Jae Joong” Kang ajushi kembali dapat menemukan Jae joong karena lagi-lagi semua mata tertuju pada nama orang yang dia sebutkan namanya.
“Oh , mianhae, bisakah tolong bangunkan dia? Cincin ini harus langsung dipakai oleh pemilik barunya” Kang ajushi bicara pada Yunho
“Jangan dibangunkan, sini biar saya saja yang memakaikannya”
Kang Ajushi menyerahkan cincin yang satunya lagi, Nampak kecil jika dipakai oleh Jae dijari manisnya, namun ketika Yunho memasukkannya, cincin tersebut pas sekali dan dengan sempurna masuk ke dalam jari manis Jae.

Setelah Yunho berhasil menyematkan cincin pada jari manis Jae, perlahan dari langit-langit ruangan itu, turunlah butiran-butiran putih seperti salju. Tidak dingin, namun terasa hangat dan sangat menenangkan. Hal ini membuat semua orang terkagum-kagum dan bertanya-tanya apa yang sebenarnya sedang terjadi. Kejadian ini mengingatkan mereka pada cerita Kang ajushi ketika Raja dan Ratu menikah, setelah menyematkan cincin, turunlah salju hangat. Sama seperti saat ini.

Kang ajushi menengadahkan tangannya menyambut butiran sangat salju tersebut.
“Ratu Yoona , ini pasti perbuatan anda, anda yang melakukannya bukan?” Gumam Kang ajushi yang terkagum-kagum dengan peristiwa tersebut.

Karena kelelahan, mereka pun tertidur.

Pagi hari sudah menjelang, jam ditangan Yunho sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Dia bangun kemudian membangunkan Yoochun. Satu persatu anak mulai bangun dan saling membangunkan, hingga semua orang terbangun. Namun Jae tetap tidak bergerak, masih saja tertidur dengan wajah yang pucat pasi.
“Ya Tuhan, lihat Jae bertambah pucat, dan badannya panas” Ujar Yoochun sambil menyentuh dahi Jae dengan telapak tangannya. Yunho jadi terlihat sangat khawatir.
“Baiklah, Ayo kita keluar dari sini, sepertinya badai sudah berhenti” Ujar Changmin keras
“Tapi yang tahu jalan keluarnya kan Jae Joong, sedangkan dia masih tidur, Oppa” Kata Tiffani sambil menunjuk ke arah Jae yang masih terlelap tidur
“Dia demam, hyung” Kata Yoochun
“Benarkah?” Changmin menghampiri Jae yang tertidur di pangkuan Yunho, kemudian menyentuk keningnya yang berkeringat.
“Benar, dia demam .. lalu siapa yang akan menuntun kita keluar” Kata Changmin
“Aku saja, aku masih ingat jalannya” Kata Yunho menawarkan diri
“Baiklah, Yunho kau memimpin di depan. Aku akan menggendong Jae” Kata Changmin, Yunho mengangguk, dan membantu Changmin untuk menaikkan Jae di punggung Changmin, Kemudian dia mulai melangkah menuntun teman-temannya untuk menginggalkan ruangan itu, Sepanjang perjalanan, Kang ajushi membuat tanda silang pada dinding lorong yang mereka lewati, sepertinya dia akan kembali keruangan tersebut sewaktu-waktu.

Tibalah mereka di ujung lorong, namun pintu lorong yang dari luar terlihat berupa lemari buku kini tertutup. Beberapa siswa mencoba mendorongnya namun tidak bisa terbuka, bahkan tidak bergeser sedikitpun. Selama 20 menit mereka mencoba mendorong pintu tersebut, mencari-cari sesuatu disekitar pintu yang mungkin dapat membuka pintu tersebut, namun gagal. Banyak siswi yang sudah mulai menangis ketakutan karena terjebak di dalam lorong rahasia tersebut.
“Hyu .. hyung ... turunkah aku” Changmin mendengar suara lemah Jae dibelakangnya.
“Ada apa Jae?” Tanya Changmin
“hanya aku yang dapat membuka pintu itu ... turunkan aku, Hyung” Ujar Jae setengah berbisik Perlahan-lahan Changmin menurunkan Jae dari punggungnya, kemudian menuntun Jae untuk berjalan.

Jae berjalan mendekati pintu, diarahkan telapak tangan kananya menyentuh sebuah batu bata yang berwarna coklat pekat, lebih pekat dari yang lainnya. Dia menyentuhnya agak lama , kemudian batu itu mulai terdorong dan terdengar suara gemuruh lalu pintu lorong terbuka. Dan Jae langsung pingsan. Dengan sigap Changmin langsung menangkapnya dan menggendong Jae ala bridal Style.

Satu persatu orang mulai keluar dari lorong, keadaan diruangan baca tersebut sangat kacau, banyak pecahan kaca di lantai yang mengharuskan mereka untuk berhati-hati melangkah, buku-buku berserakan, jendela hancur. Mereka segera keluar dari istana , betapa terkejutnya mereka ketika melihat puncak menara sebelah kiri dan kanan sudah runtuh, sedangkan menara tengah hanya tinggal berdiri setengahnya saja.

“Kangin, Shindong .. cepat kalian pergi ke tempat parkir Bus kemarin, apakah supirnya masih menunggu. Jika masih, segera suruh dia datang kesini dan menjemput kalian, Jika tidak mintalah Kang ajushi mengantar kalian ke jalan besar untuk mencari kendaraan. Aku harus segera mengantar Jae ke rumah sakit sebelum kondisinya memburuk” Kata Changmin tergesa-gesa.
“Ne, Hyung” Jawab Kangin dan Shindong serempak, kemudian mereka bergegas lari menuju tempat bus kemarin diparkir, mereka agak ragu juga sebenarnya apakah Supir dan busnya masih ada disana, karena kemarin badai sangat lebat.

“Baiklah, aku akan pergi duluan, meminta penduduk sekitar untuk mengantarkan aku” kata Changmin
“Hyung aku ikut, aku tidak bisa membiarkan Jae begitu saja” Kata Yunho
“Aku juga” Kata Yoochun

Changmin berpikir sejenak, kemudian mengangguk cepat.

-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-


Jae dirawat dirumah sakit, Walaupun demamnya sudah turun, namun 2 hari sudah dia tidak sadarkan diri. Orang tua Jae, Junsu yang langsung datang ketika mendengar dongsaengnya masuk rumah sakit, Yoochun, Yunho, dan Changmin yang merasa bertanggung jawab atas sakitnya Jae karena study tour tersebut bergantian untuk menjaga Jae di rumah sakit

-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-

Di suatu tempat.

“Bodoh, apa yang kau lakukan selama ini, begitu banyak kesempatan tapi kau sia-siakan” Suara seorang perempuan menggelegar marah, Sayap hitam pekatnya terentang menunjukkan betapa angkuhnya dia. Dia memiliki rambut bergelombang berwarna hitam kecoklatan terurai hingga ke pinggangnya. Mahkota berintan hitam pekat menghiasi kepalanya, dia mengenakan gaun panjang berwarna merah maroon. Di tangan kananya menggenggam sebuah tongkat setinggi dirinya dan mutiara hitam yang besar di atas tongkat tersebut.

“Maafkan aku ... aku ...” Seorang pria berambut sebahu berwarna coklat dengan poni yang sempurna menutupi dahinya berlutut dihadapan gadis tersebut. Sayap putihnya terlipat, dia menunduk dalam-dalam menghadapi kemarahan perempuan tersebut.

Perempuan itu mengeluarkan sinar hitam dari tongkat mutiaranya dan mengenai pria tersebut
“Argh ... “ Pria itu terpental beberapa meter dari tempatnya tadi berlutut, dia jatuh terkapar, dan langsung segera bangkit
“Ingat, jika kau tidak menjalankan tugasmu, aku akan melakukan hal yang dulu kujanjikan, akibatnya akan sangat fatal” Anjam perempuan tersebut, membuat sang pria muda berwajah tampan itu bergidik ketakutan.
“Ba .. baiklah” Jawab pria itu terbata-bata
“Cepat segera habisi Yoona, dan Siwon akan segera jadi milikku” Perempuan bernama Hyena itu tertawa terbahak-bahak.

Pria itu membungkuk sejenak kemudian merentangkan sayapnya, dan terbang pergi.

[color=blue]-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-

Hospital.

“Ng ...” Jae membuka matanya perlahan-lahan, mengerjap-ngerjapkan sejenak menyesuaikan diri dengan cahaya di ruangan tersebut.
“Jae , kau sudah bangun” Changmin berseru ketika meilihat muridnya tersebut membuka matanya, Jae menoleh kearah sumber suara, dan mendapatkan Changmin berada disamping kanannya
“A ... aku ... di .. mana?” Tanya Jae, dia berusaha untuk duduk, dibantu oleh Changmin.
“Kau dirumah sakit sekarang, dua hari yang lalu kau pingsan, mungkin karena maag mu kambuh, kau demam kemarin. Untunglah sekarang kau sudah sadar” Ujar Changmin yang sedikit merasa lega, kemudian tersenyum lembut kearah Jae

Blush

Seketika Wajah Jae bersemu merah karena melihat senyum Changmin dari jarak yang sangat dekat.
“Lho, Jae kau demam lagi ya? Lihat wajahmu merah” Changmin jadi khawatir melihat perubahan wajah Jae, dia menyentuh kening Jae untuk mengcek apakah Jae demam lagi atau tidak
“A .. aku tidak apa-apa” Jawab Jae gugup dan wajahnya semakin memerah.
“Benarkah ? tapi lihat wajahmu bertambah merah” Changmin jadi panic sendiri. Akhirnya Jae menurut saja saat Changmin memanggil dokter dan memberitahu kalau tampaknya dia demam lagi, karena dia tidak mungkin mengatakan kalau wajahnya merah karena Changmin

-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-

2 hari kemudian saat kondisi Jae sudah baik, dia diperbolehkan keluar dari rumah sakit, dan baru keesokkan harinya dia kembali ke sekolah.
Namun Jae jadi bingung sendiri melihat sebagian teman-temannya memandangnya dingin, khususnya para siswi yang memandangnya dengan kesal.

“Hey, Chunnie, ada apa sih dengan mereka” Tanya Jae yang bingung pada sikap teman-teman perempuannya. Yoochun tersenyum jahil
“Itu gara-gara kau dan Changmin Hyung” jawabnya
“Memangnya kenapa denganku dan Changmin hyung?” Tanya Jae
“Sepulangnya dari Myoung Ra Goong Palace, Changmin Hyung terus menemanimu di rumah sakit, dia bahkan sampai mengambil cuti segala. Nah karena iri, anak-anak perempuan jadi kesal padamu. Mereka juga ingin ditemani oleh Changmin Hyung, bahkan sampai 4 hari berturut-turut begitu” Kata Yoochun menjelaskan, Jae mengangguk-angguk tanda mengerti namun wajahnya bersemu merah, membuat Yoochun terkikik pelan.

Setelah bel pulang sekolah

“Baiklah, sampai disini dulu pelajaran kita hari ini” Changmin merapihkan buku pelajaran yang dia bawa untuk mengajar, sementara murid-muridnya satu persatu meninggalkan ruangan kelas.
Jae, Yunho, dan Yoochun masih berbincang di ruang kelas.
“Ah .. Jae Joong,bisa kita bicara sebentar?” Tanya Changmin, Yang dipanggil menengok ke arahnya.
“Eh ... Ne ..” Jawab Jae agak gugup, kemudian dia menoleh lagi pada teman-temannya
“Kalian duluan saja” Ucap Jae pada Yunho dan Yoochun. Dijawab dengan anggukan oleh keduanya.
“Semoga berhasil..” Yoochun berbisik dan mengedipkan sebelah matanya seraya tersenyum jahil
“Apaan sih kau ini” Ucap Jae malu-malu. Kemudian Yoochun dan Yunho pergi meninggalkan kelas, menyisakan Jae dan Changmin di dalamnya.

Setelah tak ada siapapun di dalam ruangan kelas tesebut, Changmin mendekati Jae yang tengah duduk di bangkunya. Changmin memutar kursi di depan Jae, dan duduk berhadapan dengan Jae
“Apa kau sudah baikan?” Changmin membuka pembicaraan, Jae mengangguk
“Ne .. Gomawo karena sudah menemaniku dirumah sakit” Ucap Jae, dia hanya menatap Changmin sekilas-sekilas saja, kebanyakan menunduk karena tak sanggup menatap Changmin yang dekat sekali dengannya dalam waktu yang lama.
“Begini Jae ...” Changmin tampak ragu mengutarakan maksudnya menahan Jae diruangan ini berdua dengannya
“Mm ... ada apa Hyung ..?” Tanya Jae yang juga ragu dan gugup sebetulnya.
“Begini ... itu ... “ Changmin masih ragu, wajahnya sudah seperti Jae, bersemu merah
“Ada apa?” Tanya Jae sekali lagi, dibalik rasa gugupnya sebenarnya rasa penasarannya jauh lebih besar.
“Nanti malam kau ada acara?” Tanya Changmin, Jae menggeleng
“Kalau begitu, nanti malam bisakah kau datang ke universitas SeungNam?” Tanya Changmin, Jae agak kaget juga mendengar pertanyaan yang seperti ajakan kencan itu
“Un ,, untuk apa?” Tanya Jae
“Mm ... disana ada festival budaya. Aku ingin mengajakmu kesana .. dan ...” Wajah Changmin bersemu merah, Jae jadi deg-degan sendiri menanti ucapan yang akan Keluar dari mulut Changmin selanjutnya
“Yah ... pokoknya nanti malam aku tunggu di depan gerbang universitas jam 7 malam, jangan lupa ya. AKu tunggu” Ucap Changmin kemudian dan langsung meninggalkan kelas, membuat Jae jadi bertanya-tanya sendiri
‘Untuk apa Changmin hyung mengajakku ke festival ? jangan-jangan ...’ Wajah Jae memerah lagi karena pikirannya sendiri.

Oh iya, hampir lupa kasih tahu nih. SeungNam itu adalah sebuah akademi yang terdapat berbagai jenjang pendidikan mulai dari Taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Akademi ini terkenal se Guangju. Namun ini bukan sekolah orang-orang yang kaya raya saja. Ini sekolah umum dimana banyak siswanya memiliki prestasi diberbagai bidang.

Seung Nam merupakan tempat yang sangat luas, apalagi universitasnya. Wilayah TK hingga SMU terdapat di satu deretan. Sedangkan Universitasnya ada diseberang jalannya, luasnya sama dengan wilayah TK hingga SMU tersebut.
Disetiap wilayah, TK hingga perguruan tinggi. Memiliki lahan yang luas untuk taman, lapangan olah raga, dan yang lainnya. Sehingga membuat akademi ini menjadi akademi paling besar di daerahnya.

-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-

Malam harinya

Jae sudah turun dari bus yang mengantarnya ke halte dekat sekolahnya. Jae berjalan dengan langkah pelan. Bukan karena ingin santai tapi dia merasa gugup untuk bertemu dengan Changmin. 5 menit sebelum pukul 7.

Disebuah jalan yang cukup sepi, Jae mempercepat langkahnya.
Seorang pria berambut coklat, dengan sayapnya terbentang indah, mengikutinya dari atas.
“Aku harus membunuhnya ... harus” Pria itu meyakinkan dirinya terus menerus, membulatkan tekatnya untuk membunuh orang yang sedaritadi sudah diikutinya diam-diam. Digenggamnya gagang pedang yang berada dipinggangnya.

Dia mengepakkan sayapnya turun, semakin dekat dengan Jae, namun ketika dia hendak menarik pedangnya, tiba-tiba aura aneh berbentuk perisai atau kubah lebih tepanya, berwarna putih tampak melindungi tubuh Jae
“Sial ...” Pria itu tahu dia tidak bisa menembus kubah perlindungan itu, dia menaruh lagi pedangnyaa, kemudian beranjak pergi, terbang meninggalkan Jae.

Jae akhirnya sampai di depan Kampus, Changmin sudah ada disana, menyambut kedatangan Jae. Kedua orang itu tampak tersipu malu.
“Oh .. hai Jae kau sudah datang” Sambut Changmin, Jae mengangguk
“Annyeong ... hyung sudah lama menunggu”Tanya Jae, lalu menundukkan wajahnya
“Ani ... ayo masuk” Kata Changmin, Jae mengangguk dan mengikuti Changmin dari belakang. Wajah Jae masih bersemu merah
‘Ommo ... lihatlah ... Hyung keren sekali hanya memakai t-shirt dan celana jeans saja, benar-benar keren ... ‘ Ujar Jae dalam hati, mengagumi guru kesayangannya itu
‘tapi untuk apa ya dia mengajakku?’ lagi-lagi Jae bicara dalam hati.

Mereka berjalan masuk dan bertemu dengan 2 orang pria dan 1 wanita, tampaknya Changmin mengenal mereka, karena Changmin menyapa mereka.
“Yo ..” Sapa Changmin, lalu menjabat tangan ketiga orang itu
“Hai ketua, “ Sahut si wanita
“Kau dengan siapa?” Tanya pria 1, Changmin menunjuk Jae yang berada di belakangnya
“Dia pacarmu? Cantik sekali” Ujar pria 2, membuat Changmin terkikik pelan, sedangkan orang yang dibilang cantik malah menunduk malu. Bagaimana bisa seorang pria dibilang cantik oleh pria lain
“Jadi kau mengajar di SMU juga hanya untuk mencari pacar ya?” Ledek pria 1
“He ... enak saja kau” Changmin memukul pelan lengan temannya itu
“AKu duluan ya , ayo Jae” Changmin menggandeng tangan Jae, membuat Jae seketika berkeringat dingin saking kaget dan gugupnya, tangan Jae mendadak dingin sedangkan wajahnya memanas dan jantungnya berdebar kencang. Mereka berjalan beriringan

“mm ... Hyung”
“Ne...”
“Tadi ... hyung dipanggil ketua, apa maksudnya” Tanya Jae, memecah kegugupannya jika terus berdiam diri
“Owh .. aku ketua dari acara ini” Jawab Changmin
“Lho? hyung juga masih mahasiswa? Hyung masih kuliah disini? bukankah hyung sudah selesai S2?” Tanya Jae bingung, Changmin tersenyum mendengar pertanyaan itu
“Aku bukan mahasiswa disini” Jawabnya
“Lalu?”
“Aku dosen”
“Mwo ..?” Jae kanget, ekspresi wajahnya membuat Changmin tertawa pelan dan gemas
“AKu juga mengajar disini, sore hari ketika SMU sudah pulang, aku akan mengajar disini” Jawaban Changmin semakin membuat Jae kagum.

DIlapangan banyak tenda-tenda bazaar yang berisi macam-macam dagangan, mulai dari benda-benda hingga makanan dan minuman.
“Kau mau makan atau minum?” Tanya Changmin, Jae berpikir sejenak. Kedua matanya menangkap kios makanan yang menjual takoyaki
“Hyung , aku mau coba itu” Kata Jae semangat sambil menunjuk ke arah kios tersebut
“Baiklah, ayo” Changmin menarik pelan tangan Jae. Sedari tadi genggaman tangan Changmin tak dilepasnya dari tangan Jae. Changmin membeli seporsi takoyaki untuk Jae.

“O iya, kau tunggu disini sebentar ya” Changmin meninggalkan Jae. Jae menyantap 10 butiran takoyaki dengan nikmatnya, karena baru sekali ini dia makan takoyaki. Tepat setelah butir bulat ke 10 habis, Changmin datang dengan membawa boneka buruang berwarna coklat sebesar tubuhnya.

“Mian lama menunggu” Ucap Changmin, lalu mengatur nafasnya, nampaknya dia habis berlarian.
“Gwenchanayo” Kata Jae
“Begini...” Changmin merasa ragu, dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal dengan sebelah tangannya yang bebas. Jae tidak berkata apa-apa, menunggu Changmin meneruskan bicaranya.
“Sebenarnya alasanku mengajakmu kesini adalah ...” Changmin diam lagi, kali ini wajahnya kembali memanas dan menyisakan guratan merah dipipinya yang putih walau tidak seputih Jae sih.
“Aku ... Mm ... maukah kau jadi pacarku” Ucap Changmin cepat, dia langsung menunduk begitu mengatakannya dan menyodorkan boneka beruang yang dibawanya tadi ke hadapan Jae. Seketika wajah Jae menjadi merah seperti tomat mendengar pengakuan Changmin barusan, dia tidak tahu dia harus berkata apa. Lidahnya terlalu kelu karena senang dan gugup setengah mati, sehingga dia hanya mengambil boneka yang Changmin sodorkan padanya, karena hal itu sudah menunjukkan kalau dia sudah menerima gurunya itu.

Changmin mendongakkan kepalanya,, senyuman mengembang di bibirnya, giliran Jae yang tertunduk malu sambil memeluk erat boneka pemberian Changmin
“Jadi, kau menerima ku” Tanya Changmin, ingin menegaskan karena dia tidak mendengar sepatah katapun dari Jae
“Iya..” Jawab Jae
“Iya apa?” Melihat Jae yang malu-malu membuat Changmin menggodanya
“Iya atas pertanyaan Hyung” Jawab Jae
“Memangnya aku bertanya apa?” Changmin balas bertanya, membuat Jae yang malu jadi agak kesal sedikit, dia mendongakkan kepalanya menantang tatapan usil dari Changmin
“Tadikah hyung bertanya, apakah aku mau...” Jae tak melanjutkan bicaranya saking malunya
“Mau apa?” Changmin semakin senang mengganggu Jae
“Aish ... hyung, jangan menggodaku” Jae frustasi, dia memukul Changmin dengan boneka besar yang sekarang jadi miliknya. Changmin tertawa, Kemudian dia memeluk Jae
“Gomawo ...” Katanya pelan pada Jae, Jae balas memeluknya menggunakan tangan kirinya yang bebas menggenggam boneka besarnya

‘Teman-teman, Mianhae ... sekarang Changmin Hyung adalah milikku..’ batin Jae lalu tersenyum jahil membayangkan jika teman-teman perempuannya tahu kalau Changmin yang mereka idolakan sekarang sudah menjadi miliknya seorang.


------ TBC ------

Snow Princess (ss) Chap 1

Tittle : Snow Prince(ss)
Cast : Yunho , Jae Joong, Changmin, Yoochun, Junsu
Other cast : banyak .. bingung sebutinnya
Genre : Yaoi , fantasy , romance
Rate : untuk saat ini masih PG 13
Author : BeeMine_Jae aka Azizah aka Zi aka Sung Hyena


PART 1


A POV

Saat salju itu berumur 18 tahun, Negeri kami akan hancur, dan hanya salju yang diliputi kebimbangan itulah yang dapat menyelamatkan kami.

-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-

“Huaaahhh ... hari ini mendung lagi , benar-benar musim gugur yang membosankan. Argh ... musim dingin cepatlah datang ... dan salju cepatlah turun” Adalah Kim Jae Joong yang pagi-pagi sudah mengeluh karena melihat keadaan diluar rumahnya dari Beranda kamarnya di lantai 2 kediaman keluarga Kim.

Saat ini dia berumur 17 tahun. Sifatnya sangat tidak menentu. Rambut hitam pekatnya sangat kontras dengan warna kulit putih bersihnya. Matanya besar dengan bola mata hitam sepekat warna rambutnya... Jika dilihat sekilas, banyak yang akan menyangka dia perempuan, karena biarpun dia ini laki-laki, tapi parasnya tidak kalah cantik dengan perempuan.

Lalu seorang pria sebaya dengannya muncul dari beranda rumah persis disebelah rumah Jae
“Kau ini selalu mengeluh” Seorang cowok yang bernama Jung Yunho meledek kebiasaan Jae. Dia adalah teman Jae sejak kecil. Umur mereka sama , karena mereka dilahirkan pada hari yang sama juga. Cowok yang satu ini, memiliki wajah yang tegas, rahangnya yang menonjol membuatnya tampak gagah, dipadu dengan badannya yang tegap membuatnya tampak gagah sempurna.

Mereka berdua banyak memiliki kesamaan. Selain tanggal lahir mereka yang sama, mereka juga sama-sama menyukai salju. Sama-sama suka makan pedas. Dan sama-sama menyukai tempat mereka belajar sekarang, yaitu di SMA SeungNam.

-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-

“Annyeong Jae, Yunho ...” Sapa seorang cowok yang memiliki suara yang agak berat dan serak-serak basah. Dia adalah Park Yoochun. Wajahnya benar-benar maskulin, dan jika dia tersenyum maka yang melihatnya akan terpesona hingga melupakan hal-hal disekitarnya sejenak untuk melihat senyumnya. Yoochun adalah sahabat baik Jae yang dia kenal sejak masuk SMP ini. Dan dia juga merupakan kekasih dari Yunho.
“Pagi Yoochun”
“Pagi Chunnie”
Sahut kedua orang yang baru datang ke kelas tersebut.
Ketiga orang ini sama-sama satu kelas, yaitu di kelas 3.A di SMA SeungNam.

Pelajaran pertama mereka adalah Matematika, Ini adalah mata pelajaran yang ditunggu-tunggu oleh seluruh siswa dikelas, terutama siswa perempuan. Tapi tunggu dulu ... ini bukan karena pelajaran matematika yang mereka sukai lho ... tapi karena guru matematikanya.
“Selamat pagi...” Sapa sang guru yang baru masuk kelas itu
“Selamat pagi ... Shim Songsaengnim” Sahut seluruh siswa kelas, dan didominasi dengan suara siswa perempuan yang sengaja membesarkan suaranya.

Shim Changmin ... seorang guru yang jenius. Gimana tidak jenius , diumurnya yang baru menginjak umur 22 tahun saja dia telah menyelesaikan pendidikan S2 nya dan memutuskan untuk menjadi guru Matematika di SMA ini. Wajahnya imut, bibirnya tipis dan hidungnya mancung sempurna. Dia memakai kacamata, menambah manis wajahnya. Tubuhnya tinggi dan tegap, sangat ramah dan murah senyum, sungguh tipe pria idaman. Dia juga merupakan wali kelas 3.A.

Jae menoleh ke arah Yoochun yang duduk di belakangnya
“Chunnie , lihat lah ... dia begitu tampan...” Ucap Jae setengah berbisik, Yoochun menghela nafas mendengar kata-kata sahabatnya itu.
“Lama-lama kau seperti gadis-gadis itu Jae, berteriak histeris jika melihatnya” Keluh Yoochun yang dibalas dengan cibiran oleh Jae.

-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-

Jam Istirahat.

“Jae, ayo ke kantin, aku sudah lapar...” Ajak Yoochun pada Jae, tapi Jae hanya diam menyandarkan kepalanya diatas mejanya sedangkan kedua tangannya memengang perutnya yang terasa sakit.
“Joonggie-ya Pasti Maag mu kambuh lagi, Dasar pabo .. sudah tau kondisi badanmu begitu, tapi kebiasaanmu untuk tidak sarapan masih terus berlanjut. Pabo-ya” Cela Yunho, membuat Jae mencibir kesal
“Mau bagaimana lagi, aku juga tidak punya waktu untuk sarapan” Sergah Jae
“Makanya bangun lebih awal, sudah bangun terlambat , lalu kau berdandan lama sekali, sudah seperti perempuan saja” Kata Yunho lagi, Jae mendengus kesal
“Hei ... sudahlah ... Jae nanti aku belikan makanan, kau tunggu disini ya” Kata Yoochun yang kemudian dibalas dengan anggukan semangat dari Jae
“Dasar kau ini, bisanya merepotkan orang saja” Hina Yunho sekali lagi sebelum akhirnya dia melangkahkan kakinya beriringan dengan Yoochun , meninggalkan kelas menuju ke kantin untuk membeli makanan.

15 menit kemudian Yunho dan Yoochun kembali dengan membawa sebungkus roti coklat dan sekotak susu strawberry yang langsung dilahap habis oleh Jae yang memang sudah kelaparan, Sementara Yunho dan Yoochun sedang asik bercengkrama berdua.

-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-

Saat pulang sekolah, Yoochun dan Jae berdiri di depan gerbang sekolah mereka untuk menunggu Yunho yang sedang mengambil motornya di parkiran sekolah.

“Jae-ah , aku iri padamu” Kata Yoochun membuka pembicaraan
“Iri ? Iri kenapa?” Tanya Jae
“karena Yunho bisa leluasa memanggilmu dengan panggilan sayang padamu, sedangkan aku .. dia selalu memanggilku Yoochun ... Yoochun ... hhh ... aku kan pacaranya, memang tidak bisa apa dia romantis sedikit” Keluh Yoochun, Jae tersenyum mendengar keluhan sahabatnya ini, dia tidak marah karena dia tau orang seperti apa
Yoochun ini, dia memang agak manja dan protektif pada kekasihnya.

“Ah ... mungkin Yunnie belum terbiasa saja, nanti lama-lama juga ada panggilan sayang untukmu Chunnie” Ucap Jae menyemangati
“Hei .. kami ini sudah pacaran 3 bulan, paling tidak dia memanggilku seperti kau memanggilku, Chunnie begitu” Yoochun melanjutkan keluhannya dengan bibir yang agak monyong karena sedikit kecewa. Jae tertawa melihat tingkah sahabatnya itu
“Ya .. Chunnie, kau ini seperti wanita saja, merajuk seperti itu” Ledek Jae
“Enak saja kau”
Jae tertawa lagi.

Kemudian Yunho datang dengan motor besar berwana putih yang merupakan motor kesayangannya. Sebenarnya motor itu Jae yang memilihkan lho saat membelinya.
“Yoochun, ayo naik” Kata Yunho
“Ne..” Yoochun menghampiri Yunho dan meraih helm yang disodorkan Yunho padanya, kemudian memakainya dan langsung duduk dibelakang Yunho
“Jae aku pulang dulu” Izin Yoochun
“Kau hati-hatilah di jalan” Kata Yunho
Keduanya dibalas dengan anggukan singkat dari Jae, Kemudian Yunho menjalankan motornya meninggalkan Jae sendirian.

Jae menghela nafas panjang
“Aku juga iri padamu Chunnie, Dulu meskipun Yunnie memiliki pacar, dia tidak akan menerlantarkan aku seperti ini, pasti aku yang menjadi prioritas utamanya, tapi setelah pacaran denganmu, perhatiannya hanya untukmu saja ... ah sudahlah .. Jae ... Hwaiting..”
Jae berjalan menuju halte bus yang tidak jauh dari sekolahnya. Harus naik bus selama 20-30 menit untuk mencapai rumahnya dari sekolahnya sekarang ini.

-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-

Begitu sampai rumah.

“Aku pulang...” Sapa Jae pada penghuni rumah yang entah mendengar atau tidak teriakan Jae barusan. Jae melepaskan sepatu sekolahnya dan menaruhnya di rak sepatu di dekat pintu masuk rumah.

Tiba-tiba
“Joonggie-ah..” Ada seseorang yang berteriak memanggilnya dengan suaranya yang lantang dan khas yang langsung dapat dikenali oleh Jae. Jae menengok kearah yang memanggilnya. Kemudian senyumnya langsung mengembang begitu melihat siapa orang yang memanggilnya itu.
“Hyuung..” Jae langsung menghampiri orang tersebut dan memeluknya.

Kim Junsu, 20 tahun, merupakan seorang mahasiswa di Seoul Univercity. Dia memiliki tinggi badan yang tidak jauh beda dengan Jae, suaranya mirip dolphin, nyaring dan lantang, namun sangat indah jika sedang bernyanyi.
“Dongsaengku ... aku rindu sekali padamu” Ucapnya
“AKu juga... sudah hampir 5 bulan hyung tidak pulang kerumah” Balas Jae

Junsu menyewa sebuah apartemen kecil di seoul dekat dengan kampusnya, sementara keluarganya ada di Gwangju. Sudah hampir 5 bulan, Junsu tidak kembali kerumah karena disibukkan dengan tugas dan kegiatan-kegiatan di kampusnya.

Mereka melepas pelukannya, kemudian berjalan ke ruang tengah, tempat biasa keluarga itu menghabiskan waktu bersama mereka
“Hyung, kenapa pulang sekarang, bukankah belum waktunya libur?” Tanya Jae, yang sudah memposisikan dirinya dengan nyaman diatas sofa di ruang keluarga itu berdampingan dengan Hyungnya.
“Aku meliburkan diri” Jawab Junsu sekenanya
“He ? Meliburkan diri? memangnya boleh seenaknya begitu?” Tanya Jae lagi.
“Hyung mu itu, sudah rindu sekali padamu, dia tidak bisa konsentrasi kuliah jika sudah rindu padamu, makanya dia meninggalkan kuliahnya” Omma mereka muncul dari dapur dengan membawakan cemilan untuk mereka makan.
“benarkah Hyung?” Tanya Jae
“Ne” jawab Junsu sambil mengangguk.

Hubungan kedua kakak adik ini memang sangat dekat. Dari dulu Junsu selalu protektif pada adik satu-satunya ini.
Karena sudah lama tidak bertemu. Mereka menghabiskan sisa hari dengan berbincang-bincang hingga larut malam dan akhirnya terlelap dengan sendirinya.

-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-

Pagi harinya.

Di dalam kediaman keluarga Kim seperti ada kerusuhan. Jae terlambat bangun karena keasikkan ngobrol dengan Hyungnya sampai larut malam, dan akhirnya sekarang dia terlambat untuk berangkat kesekolah.
“Aduh ... mana tasku ... Omma ... sepatuku .. ah ... kaus kakiku yang baru mana ... Omma .... “ Jae jadi ribut sendiri karena buru-buru. Sedangkan Ommanya hanya geleng-geleng kepala melihat anak bungsunya tersebut.

Jae yang akhirnya sudah rapih, segera turun ke ruang makan, bukan untuk sarapan, tapi untuk berpamitan dengan orang yang sedang sarapan saat ini.
“Omma, Appa , Hyung ... aku berangkat dulu ... aku terlambat...” Ucap Jae cepat
“Lho, Joonggie-ah , kau tidak berangkat bersama Yunho?” Tanya Junsu
“Ah, dia sudah memiliki seseorang yang harus diantar jemput” Jawab Jae sekenanya.
“Kalau begitu aku akan mengantarmu” Kata Junsu
“Jongmal ?”
“Ne..”
“Asik ... ayo Hyung cepat” Jae berlari kearah pintu keluar.
Appa mereka melemparkan kunci mobil pada Junsu yang langsung di tangkap oleh Junsu. Artinya dia boleh mengendarai mobil appanya itu.
Dengan kecepatan sedang, Junsu mengemudikan mobilnya menuju ke sekolah Jae.

15 menit kemudian mereka sampai disana
“Hyung ... gumawo ... aku masuk dulu” Jae buru-buru turun dari mobilnya
“Eh tunggu dulu ... ambil ini” Junsu melemparkan sebungkus roti pada Jae yang langsung ditangkap dengan sempurna olehnya
“Gumawo ...” Begitu menutup pintu mobil, Jae langsung berlari masuk ke sekolahnya.
Jae membuka pintu kelasnya dan orang yang pertama dilihatnya adalah Shim Songsaengnim yang sedang berdiri di depan kelas
‘Lho , kok ada dia? kan ini bukan saatnya pelajaran matematika’ Batin Jae

Jae membungkukkan badannya sedikit ke arah wali kelasnya itu
“Annyeong ... Mian saya terlambat” Kata Jae
“Ne, silahkan duduk di tempatmu” Kata Changmin dengan hangat tak lupa senyuman mengembang di wajahnya.
“Gumawo .. “ Jae lalu duduk di kursinya.
Jae menoleh kearah Yoochun yang ada di belakangnya
“Chunnie , kenapa dia ada disini?” Tanya Jae, Yoochun menaikkan kedua bahunya tanda dia juga tidak tahu.

“Mianhae menggangu waktu belajar kalian sebentar. Aku hanya ingin memberi tahu bahwa untuk pengurus kelas, nanti setelah pulang sekolah, diharapkan jangan pulang dulu karena ada yang harus kita bicarakan” kata-kata Changmin membuat seisi kelas terutama pengurus kelas jadi bertanya-tanya sendiri mengenai hal apa yang perlu dibicarakan dengan guru muda mereka itu.
“Changmin hyung, memangnya kita mau membicarakan soal apa?” Tanya Kangin yang menjabat sebagai ketua kelas 3.A
“nanti saja, aku sibuk ... sampai ketemu nanti sepulang sekolah, awas kalau ada yang berani-berani kabur” Ujar Changmin sambil mengancam dengan nada dibuat-buat dan pastinya hanya bercanda. Kemudian dia pergi meninggalkan kelas.

Oh yaa ... Shim Songsaengnim alias Changmin ini, jika tidak dalam keadaan formal, dia tidak mau lho dipanggil dengan panggilan ‘songsaengnim’, karena menurutnya dia masih terlalu muda untuk mendapat panggilan itu. Alhasil murid-muridnya memanggil dia ‘hyung’ atau ‘oppa’.
*huahahha .. gaya bener ya si Minnie disini*

-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-

Sepulang sekolah.

Sesuai dengan kesepakatan dengan wali kelasnya. Pengurus kelas 3.A berkumpul di dalam kelas menunggu Changmin datang ke kelas menemui mereka.

Ada Kangin si ketua kelas, Yoochun sebagai wakil ketua kelas, Tiffany sebagai sekertaris 1, Jae sebagai sekertaris 2, Yunho menjabat sebagai bendahara 1, dan Shindong sebagai bendahara 2. mereka duduk berkumpul membuat lingkaran, ada 1 bangku yang belum di tempati, itu adalah kursi yang nantinya akan diduduki oleh Changmin.

15 menit kemudian, Changmin datang
“Hyung , kau lama sekali sih?” Ujar Yunho menyambut kedatangan Changmin.
Changmin duduk dibangku kosong yang berada di tengah-tengah antara Jae dan Kangin
“Ah .. Mian .. Mian .. tadi aku dipanggil kepala sekolah, ada urusan sebentar” Jelas Changmin.

Wajah Jae bersemu merah karena orang yang disukainya duduk disampingnya sekarang, dan dia senang bisa berada di dekat orang yang tidak lain tidak bukan adalah Changmin.
“lho, Jae ... apa kau sakit? Wajahmu merah” Tanya Changmin yang ternyata menyadari merahnya wajah Jae.
“Eh ... oh ... aku ... aku baik-baik saja” Jae jadi gelagapan sendiri, wajahnya yang merah bertambah merah jadinya karena malu. Yoochun yang menyadari kegugupan sahabatnya itu hanya terkikik pelan.
“Benarkah?” Changmin memastikan , di jawab dengan anggukan kecil oleh Jae

“Hyung, sebenarnya kita mau membicarakan apa?” Tanya Kangin
“Oh iya, begini, ada rencana dadakan dari sekolah agar seluruh kelas 3 mengadakan study tour. Waktunya 1 minggu dari sekarang. Aku ingin mendiskusikan kemana kita harus pergi” Jawab Changmin
“Mwo ? mendadak sekali hyung” Kata Yoochun
“Aku juga tidak mengerti, kebijakan sekolahnya mendadak sekali, tadi kepala sekolah sudah menanyakan kemana kelas kita akan pergi, makanya aku ingin mendiskusikannya dengan kalian” Tambah Changmin

Diam beberapa saat, tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing.
“Ah, aku tau” Sindong membuka suara, membuat yang lainnya langsung menoleh kearahnya, Shindong menatap yang lainnya dengan serius
“bagaimana kalau kepabrik makanan saja” Katanya antusias
gubrak
“Aish .. kau ini paling-paling hanya mengincar souvenir yang isinya makanan yang pastinya akan diberikan setelah selesai tour” Ledek Tiffany, yang lainnya mengangguk tanda setuju kecuali Shindong yang malah jadi cemberut.
“Bagaimana kalau ke museum?” Usul Kangin
“Museum? itu terlalu membosankan” Celetuk Yunho yang memang tidak terlalu menyukai tempat-tempat seperti itu.
Seketika mereka jadi ribut sendiri mengungkapkan argument dan pendapat mereka untuk tujuan study tour mereka seminggu yang akan datang.

“Myoung Ra Goong Palace” suara Jae ditengah gemuruh suara itu, terdengar sangat pelan, namun terdengar jelas oleh Changmin yang ada disebelanya
“Eh apa tadi kau bilang?” Kata Changmin, yang langsung membuat diam seluruh orang diruangan itu.
“Eh apa?” Seketika pula, Jae seperti tersadar dari lamunannya karena Changmin bertanya kepadanya
“Jae, tadi mengusulkan Myoung Ra Goong Palace” Kata Changmin
“Wah pilihan yang bagus Jae” Sambut Yoochun
Jae malah celingukan sendiri, tidak paham apa yang dibicarakan oleo guru dan sahabatnya itu
“Apa?” Tanya Jae
“Kau ini bagaimana, kan tadi kau mengusulkan kita pergi ke Myoung Ra Goong Palace” Kata Yoochun

Jae semakin bingung dibuatnya, dia merasa tidak pernah mengatakan apapun, apalagi nama tempat itu sama sekali belum pernah dia dengar sekalipun.
“Myu .. Myoung Ra ... apa ? tempat apa itu?” Tanya Jae, namun belum sempat seorangpun menjawab, Yoochun sudah berbicara lagi
“Menurutku, Istana itu sangat menarik, banyak hal yang harus kita pelajari disana, biar bagaimanapun, ada sebagian sejarah korea yang terjadi di istana kecil itu”
“Tapi disanakan kita tidak dapat makanan” Sergah Shindong
“Tsk, memangnya tidak ada yang bisa kau pikirkan selain makanan apa” Yunho mengumpat Shindong, dibalas dengan cibiran dari cowok bertubuh agak gemuk itu.

“Hm ... begini, bukankah Istana itu sudah agak rapuh, dan kabarnya istana bagian selatan bahkan sudah hancur, apa datang kesana tidak terlalu bahaya” Kangin mempertimbangkan dan membuat semua orang ikut mempertimbangkan juga.
“Ne, tapi bukankah banyak yang bisa kita pelajari disana?” Kata Changmin
“Hm ... aku setuju dengan oppa, meskipun agak rapuh, namun banyak sejarah yang dapat kita pelajari disana, lalu karya seni disana juga sangat menarik dan perlu dipelajari” Tiffany menyetujui ucapan Changmin
“Tempat itu terlalu jauh dan jalanannya curam” Kata Shindong
“Setahuku, hanya memerlukan waktu 1 setengah jam dari sini, dan jalanan menuju kesana juga sudah diperbaiki, lagipula pemandangan disana sungguh Indah” Kata Yoochun.
Lagi-lagi suara bising terdengar karena sibuk berdebat mengenai tempat yang disebutkan oleh Jae sendiri. Ada dua orang yang tidak ikut bicara diruangan itu, yaitu Jae yang menyebutkan tempatnya serta Yunho, kedua orang itu malah tidak tahu mengenaik tempat itu. Tapi mengapa Jae sampai menyebutkan tempat itu, hal itupun tidak bisa Jae jawab.

Setelah melewati perdebatan yang tidak diikuti oleh Jae dan Yunho, beberapa menit kemudian Changmin mengambil keputusan bahwa ...
“Baiklah, untuk study tour , kita akan pergi ke Myoun Ra Goong Palace. Aku harap hal-hal yang diperlukan untuk itu dapat kalian persiapkan dengan baik, dan jangan lupa beritahu setiap perkembangannya padaku” Ujar Changmin
“Ne Hyung”
“Ne Oppa”
Sahut yang lain dengan kompaknya.
“kalau begitu, ayo kita pulang” Kata Changmin dengan cerianya, tidak menunjukkan wibawanya sebagai guru sama sekali
“Ayoo...” Sahut yang lain besemangat.

-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-

Jae, Yoochun, dan Yunho sama-sama berjalan keluar sekolah.
“Jae,, kau benar-benar tidak tahu tentang istana itu?” Tanya Yoochun, Jae menggeleng dengan polosnya membuat Yoochun bertambah heran
“Lalu dari mana kau tau nama itu?” tanya Yoochun lagi
“Entahlah, tiba-tiba keluar begitu saja, akupun tidak sadar telah mengucapkannya” Jawab Jae
“Memangnya itu tempat apa?” Kali ini Yunho yang bertanya
“He ? Chagia memangnya kau tidak tau juga?” Tanya Yoochun lagi, kali ini pada Yunho, Yonho menggeleng cepat
“Hm .. itu adalah sebuah istana kecil, tapi banyak sejarahnya. Dengar-dengar ada hal-hal mistis di dalamnya, dan hal itulah yang membuatnya menarik hingga banyak orang penasaran” kata Yoochun
“Mistis?” Jae dan Yunho penasaran
“Aku juga tidak mengerti, kita lihat saja nanti” Kaata Yoochun lagi.
Mereka telah sampai di pintu masuk sekolah, ketika Yunho ingin mengambil motornya,

Tiba-tiba ada sebuah mobil yang mendekati mereka, berhenti tidak jauh dari mereka, dan sosok pengemudi yang dikenali keluar dari mobil itu.
“Ah ... Hyung..” Jae melambaikan tangannya pada sosok pria yang turun dari mobil itu, dan orang itu balas melambaikan tangannya, kemudian menghampiri Jae.
Yoochun menggenggam erat tangan Yunho membuat Yunho memandangnya heran.
“Hyung, menjemputku?” Tanya Jae. Junsu mengangguk
“Hyung, kau pulang juga akhirnya? kapan kau pulang?” Tanya Yunho
“Yo .. Yunho ... aku baru pulang kemarin ... “ Jawab Junsu
“Baguslah Hyung, karena dongsaengmu itu setiap hari mengeluh terus gara-gara rindu padamu” Kata Yunho meledek Jae, Jae mencibir mendengarnya
“Ukyang .. kyang ... begitulah adikku ini, kalau begitu ayo Jae kita pulang ... “ Kata Junsu, Jae mengangguk
“Ku dengar kau sudah ada yang harus di antar jemput, makanya aku menjemput Jae” Kata Junsu lagi sebelum pergi kemudian memandang Yunho dan Yoochun bergantian, membuat Yunho tersipu malu, dan Yoochun sedaritadi hanya menunduk.

Setelah itu Junsu dan Jae pergi meninggalkan Yunho dan Yoochun.
Junsu tidak mengemudikan mobilnya menuju ke rumah, tapi dia malah berjalan-jalan mengitari kota selama beberapa saat, Hingga akhirnya perutnya memaksa untuk di isi hingga dia menghentikan mobilnya di salah sate restoran kecil yang tidak begitu ramai.

Mereka memesan makan dan minuman mereka.

Jae memakan makanannya begitu sampai di meja mereka, sedangkan Junsu malah belum menyentuh makanannya sama sekali.
“Hyung, gwenchanayo ? kenapa kau tidak makan?” tanya Jae yang sedaritadi melihat hyungnya hanya melamun
“Eh ... ne” Junsu diam lagi. Jae menghela nafas panjang melihat hyungnya tersebut, sepertinya dia tahu apa yang sedang dipikirkan oleo hyungnya itu.
“Kau masih memikirkan Chunnie?” Tanya Jae, Junsu menatap adiknya sejenak, tidak menjawab pertanyaan Jae, namun Jae sudah tahu jawabannya.
“Sekarang dia pacaran dengan Yunho?” Tanya Junsu, Jae mengangguk membuat Junsu menghela nafas berat.
“Apa sampai sekarang kau masih mencintainya, hyung?” Tanya Jae, lagi-lagi Junsu tidak menjawab pertanyaan adiknya
“Seandainya saja, kami tidak terpisah jauh karena aku harus kuliah di Seoul, pasti kami masih...”
“Sudahlah hyung, tidak ada gunanya menyesal, nanti juga hyung bisa mendapatkan orang lain yang lebih baik ... Hwaiting” Jae memotong ucapan Junsu dan memberinya semangat. Junsu tersenyum dan mengacak-acak rambut halus Jae
“Ne ... hwaiting” Kata Junsu.

Jadi sebenarnya, Junsu pernah berpacaran dengan Yoochun selama 2 tahun, namun ketika Junsu diterima di Universitas Seoul, hubungan mereka merenggang karena mereka tidak terbiasa untuk berhubungan jarak jauh, hingga akhirnya mereka putus.
Dan di sekolah tadi, untuk pertama kalinya, setelah 1 tahun putusnya hubungan mereka, mereka bertemu kembali.

Merekapun akhirnya menghabiskan makanan mereka, dan kembali ke rumah.

-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-

Satu minggu kemudian.

Kelas 3.A sudah dalam bis menuju perjalanan ke Myoun Ra Goong Palace. Dan sekitar 1 setengah jam kemudian, bis tersebut berhenti disalah satu tempat, bukan di depan istana itu. Changmin sengaja menyuruh supir bus untuk menghentikan busnya sekitar 1 km sebelum istana tersebut.

“baiklah, dari sini kita akan berjalan, lebih menyenangkan karena bisa melihat-lihat pemandangan di sekitar sini selama kita berjalan” Kata Changmin, tidak ada yang protes, karena berjalan bersama guru muda ini akan sangat menyenangkan tentunya.

Jae, sebenarnya ingin berjalan berdampingan dengan Changmin, namun keinginannya dia tepis jauh-jauh karena melihat Changmin sudah dikerubuti oleh teman-teman perempuannya. Jadinya terpaksa dia berjalan beriringan dengan Yunho dan Yoochun yang sekarang bergandengan tangan itu.
“Jae, Hyungmu...” Yoochun berbisik
“Dia sudah kembali ke Seoul” Jae ikut berbisik
“Oh..” Yoochun mengangguk.
Yunho sedaritadi memandangi dengan seksama keadaan sekitar jalan yang mereka lewati dengan serius.
“Yunho, kenapa?” Tanya Yoochun yang agak heran dengan sikap kekasihnya itu.
“Ani, hanya saja sepertinya aku mengenal tempat ini” Kata Yunho serius
“Ne, aku juga” Jae ikut-ikutan. Yoochun berpikir sejenak
“Hm ... mungkin saja kalian pernah kesini, waktu kecil mungkin, jadi kalian tidak begitu ingat, tapi familier dengan tempat ini” Ujar Yoochun
“Mungkin” Kata Jae dan Yunho berbarengan

TIba-tiba kepala Yunho berdenyut, membuatnya pusing mendadak.

“Yang Mulia, ayo cepat bawa tuan putri pergi dari sini, biar kami yang menghadapi mereka” Ujar seorang pria yang memakai seragam seperti seragam pengawal kerajaan berwarna hitam dengan menggenggam erat pedang panjang dengan kedua tangannya.
“Ani, aku juga harus menghadapi mereka” Seseorang dengan mahkota dikepalanya, dia bersiaga
Ada 4 orang mengelilingi sebuah kereta kuda dengan bak tertutup.

Kemudian ...
“Yunnie , hey ... kau kenapa?” Kata Jae
“Eh .. oh, ani ... “
Yunho menekan pelan kepalanya yang tadi berdenyut dengan 2 jarinya, dahinya berkerut, seperti kebingungan.
“Yunho, kau baik-baik saja? Apa kau pusing?” Tanya Yoochun
“Eh, tidak, aku tidak apa-apa” jawab Yunho lalu tersenyum , tak ingin membuat kekasihnya khawatir. Dirangkulnya Yoochun dengan mesra sepanjang perjalanan menuju istana.

-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-

Sekitar 15 menit berjalan, tibalah mereka di depan Myoung Ra Goong Palace.

“Ommo .. jadi begini bentuknya”
“Uh ... menyeramkan sekali”
“Sepertinya sangat rapuh ... kuno sekali”
“Indahnya ... ternyata ada tempat seperti ini ya di korea”
“Lihat ada air mancur di tengahnya”
Begitulah komentar-komentar yang terdengar dari siswa-siswi kelas 3.A begitu mereka tiba di depan Istana.

Istana itu benar-benar terlihat kuno. Berbentuk huruf U dengan 3 puncak menara di tengah, samping kiri, dan samping kanan. sedangkan dihalaman tengah, ada Kolam air mancur yang besar dan sangat indah yang sampai sekarang masih dapat berfungsi dengan baik. Tamannya sangat terawat dan banyak pepohonan mengelilingi istana. Sungguh istana yang sangat indah, namun tidak

menghilangkan kesan seram yang dirasakan oleh siswa-siswi tersebut.
Di depan pintu masuk Istana, mereka disambut oleo seorang pria setengah baya, yang bertubuh agak gemuk. Dia adalah kepala pengurus istana yang akan mengajak dan menjadi guide bagi siswa kelas 3.A agar mereka dapat mempelajari sejarah dari istana tersebut.

Changmin bersalaman terlebih dahulu dengan pria itu, berbincang sejenak, lalu mengajaknya untuk menyapa murid-muridnya.
“Baiklah , Ini adalah Kang Ajushi, dia yang akan menjadi guide kita disini” Kata Changmin, orang yang dipanggil Kang Ajushi membungkuk sekilas pada murid-murid dihadapannya.
“Saya Kang Hodong, selamat datang di Myoung Ra Goong Palace ... Silahkan masuk, Saya akan menjelaskan sebisa saya mengenai istana ini dan sejarah yang terukir pada istana ini.”

Kang Ajushi mengajak semua orang untuk masuk ke Istana. Changmin dan murid-muridnya mengikutinya dari belakang. Kang ajushi mengajak mereka berkeliling istana, dia menjelaskan fungsi-fungsi dari ruangan-ruangan yang penting disana. Ada beberapa siswa yang mencatat penjelasan dari Kang ajushi, ada yang hanya mengandalkan ingatannya saja, namun tidak jarang ada yang malah sibuk berbincang sendiri dan tidak mendengarkan penjelasan dari tour guide mereka.

Selesai berkeliling, mereka berkumpul di Aula Istana, ruangan yang sangat besar. Menurut Kang ajushi ruangan ini biasa digunakan oleo Raja dan Dewan untuk melakukan rapat. Murid-murid duduk di kursi yang telah disiapkan disana. Mereka istirahat sejenak.

“Perhatian semuanya” Changmin berbicara di depan ruangan dengan suara pelan lantangnya, seketika membuat semua muridnya menoleh kearahnya.
“Pelajaran sejarah sudah kita lewati, karena ada unsur kesenian dalam tour kita kali ini, aku meminta kalian untuk melukiskan, menggambarkan, atau membuat sketsa mengenai hal-hal yang berhubungan dengan istana ini. Terserah kalian mau melukis apa. “ Changmin menjelaskan
“Ne Hyung”
“Ne Oppa”
Sahut muridnya dengan kompak
“Tapi, karena sudah masuk jam makan siang. Silahkan kalian makan siang ditempat yang kalian sukai. AKu beri waktu 3 jam bebas. nanti tepat jam 15.45 kalian kembali lagi ke ruangan ini, dengan membawa lukisan, gambar, atau sketsa yang kalian buat. Mengerti?”
“Ne ....”

Kemudian seluruh murid berpencar berdasarkan kelompok bermain mereka sendiri. Mereka berpencar ke berbagai sudut istana tersebut. Namun tidak sembarang tempat mereka bisa kunjungi. Lebih banyak siswa yang memilih untuk berada di luar istana, karena taman istana begitu indah dan sangat sayang untuk ditinggalkan begitu saja.

Jae, Yunho, dan Yoochun pun memilih untuk berada di taman istana tersebut. Mereka duduk diatas rumput hijau yang terawat rapih, di bawah pohon peach yang rindang dan sangat nyaman berada di sana. Jae mengeluarkan beberapa kotak bekal dari tasnya. Dia memang sengaja menyiapkan bekal untuknya , Yoochun, dan juga Yunho.

Setelah itu Jae mengambil buku sketsanya dan juga pensil warnanya.
“lho, Jae kau tidak makan dulu” Tanya Yoochun
“Tidak” Jawab Jae singkat, Dia mengambil pensil warna coklat dari kotaknya
“Joonggie, makan dulu, nanti saja melukisnya, kan masih banyak waktu” Kata Yunho dengan nada memerintah
“Nanti saja, tadi di bis aku ngemil terus,, jadi sekarang masih kenyang” Kata Jae yang mulai menggoreskan pensilnya di atas buku sketsanya.
“Kalau nanti maag mu kambuh, aku tidak akan peduli” Kata Yunho lagi, malas menanggapi kekeras kepalaan Jae
“Tidak akan” Jawab Jae enteng.

Dan akhirnya Yunho dan Yoochun memakan bekal yang telah disiapkan oleh Jae. Sementara Jae sudah sibuk dengan lukisannya sendiri.

20 menit kemudian. Yoochun dan Yunho menyusul Jae untuk membuat sketsa. Kotak bekal dan bekal yang masih utuh untuk dimakan Jae nanti telah disimpan dengan rapih oleh Yoochun.
Yoochun yang memang pintar melukis, menghadapkan dirinya pada Air mancur indah yang terdapat pahatan-pahatan patung yang sangat indah di sekelilingnya. Sementara Yunho dan Jae sama sekali tidak memfokuskan pandangannya pada sesuatu, mereka hanya melihat buku sketsa mereka saja, tanpa menoleh ke manapun.

Menghabiskan waktu hampir 2 jam sampai mereka menyelesaikan lukisan mereka. Jae memandangi lukisan air mancur yang dibuat oleo Yoochun
“Ommo ... Chunie, ini benar-benar indah, kelihatan seperti nyata” Puji Jae yang terkagum-kagum pada lukisan Yoochun
“Tentu saja, siapa dulu pacarnya” Kata Yunho dengan bangga kemudian merangkul bahu Yoochun dan mengecup singkat puncak kepala Yoochun
“Aish...” Jae buang muka melihatnya dia paling tidak suka jika kedua sahabatnya itu pamer kemesraan di depannya, namun terkadang Yunho dan Yoochun suka usil pada Jae dengan memamerkan kemesraan mereka, membuat Yunho tertawa dan Yoochun tersipu malu sendiri.

Yoochun yang memandangi lukisan Jae dan Yunho jadi bingung sendiri. Lukisan Yunho hanya berbentuk sketsa, sedangkan Jae sudah diwarnai dengan rapih, namun kedua lukisan itu sangat mirip. Hanya lukisan sebuah pintu besar dengan ukiran-ukiran yang sangat indah dipermukaannya.
“Hey... memangnya ada pintu seperti ini?” tanya Yoochun
“Memangnya tidak ada?” Jae malah balik bertanya
“Aku sudah 3 kali kesini, tapi tidak pernah melihat pintu seperti ini” kata Yoochun yang masih tampak serius memperhatikan kedua gambar itu
“Benarkah?” Tanya Yunho
“Iya...” Jawab Yoochun. Rasa bingungnya tidak dihiraukan lagi ketika tiba-tiba hujan turun dengan lebatnya,
“Ommo ... hujan”
“Ayo kembali ke dalam”

Mereka bergegas masuk ke dalam istana, teman-teman yang lain yang berada di luar istanapun melakukan hal yang sama seperti mereka. Para murid berkumpul di aula tempat mereka tadi berkumpul sebelum berpencar. Changmin berada di depan ruangan

“Aneh sekali tiba-tiba hujan” Kata Changmin yang sedang menyingkirkan butiran air hujan yang masih menempel pada
rambutnya dengan tangan kanannya, sungguh pemandangan yang sangat indah, membuat para siswi terpesona, termasuk Jae.
“Aku mau kalian mengumpulkan lukisan mereka, karena lukisan kalian akan di nilai oleh Kang ajushi, tentu saja akan ada penilaian juga dariku” Perintah Changmin, satu persatu murid mengumpulkan lukisannya di tangan Changmin.

Setelah terkumpul semua, Changmin pergi dari ruangan untuk menemui Kang ajushi. DI dalam ruangan itu para siswa melakukan kegiatan masing-masing.
“Joonggie, makan dulu makananmu, nanti kau sakit” Ujar Yunho
“Ne” Langsung dituruti oleh Jae karena dia memang sudah lapar, dan dia tidak mau maagnya kambuh lagi karena tidak makan. Jae mengambil kotak bekalnya di dalam tasnya. Baru saja dia membuka bekalnya tiba-tiba changmin sudah datang dan...

“Yunho, Jae Joong . .. Kang ajushi ingin kalian menemui mereka sekarang” Kata Changmin. Dengan bertanyaa-tanya dalam hati mengenai mengapa mereka dipanggil, mereka mengikuti changmin menuju sebuah ruangan.

Ruangan itu disisi kiri kanannya tetutup oleh rak buku besar yang dipenuhi oleh buku-buku. Ada satu set tempat duduk di tengah ruangan. Mereka masuk kemudian duduk di hadapan Kang ajushi
“Ada apa, ajushi?” Tanya Yunho
“Ini” Kang ajushi menunjukkan kedua gambar yang satu milik Yunho dan yang satu milik Jae
“Kalian tahu dari mana pintu ini? Apa kalian pernah melihatnya? dimana? katakanlah” Kang ajushi jadi semangat nyaris histeris sendiri.
Jae dan Yunho berpandangan sejenak, kemudian menggeleng pelan tanda tidak tahu apapun.
“Kami tidak Tahu” Ucap Jae mewakili
“Lalu bagaimana kalian bisa menggambarnya” Ucap Kang ajushi setengah kecewa, dia melihat keluar jendela sejenak karena langit menjadi sangat gelap, hujan semakin deras.
“Entahlah kami juga tidak tahu, yang jelas tanganku tadi seperti bergerak sendiri dan jadinya ya gambar itu” Jawab Yunho
“Memangnya kenapa dengan pintu itu ajushi?” Tanya Jae yang bingung karena Kang ajushi jadi agak histeris karena melihat lukisan pintunya itu.

Jlegar ... glegar ..

Tiba-tiba suara petir yang sangat keras hingga mampu menggetarkan kaca-kaca jendela diruangan itu terdengar memekakkan telinga. Terdengar suara teriakan yang didominasi suara perempuan dari ruangan tempat murid-murid changmin berkumpul

“Saya akan ke ruangan anak-anak dulu” Changmin mengundurkan diri dan pergi dari ruangan itu
“Ya Tuhan, Yoochun kan takut petir... Mianhae ajushi, saya kembali dulu” Yunho pun ikut pergi, tak mau sendirian dengan ajushi, Jae mengikuti Yunho menuju aula.

Merasa percuma berada di ruang baca tersebut karena yang ditanya mengenai lukisan sedang pergi, Kang ajushi pun meninggalkan ruangan itu menuju aula.

Suara petir terdengar beberapa kali lagi, membuat murid-murid khususnya murid perempuan katakutan.
Yunho menghampiri Yoochun yang gemetar ketakutan
“Yoochun, kau baik-baik saja” Tanya Yunho, tidak dijawab oleh Yoochun karena dia sibuk menutup kupingnya sendiri. Yunho membawa Yoochun kedalam pelukan hangatnya.

klap

Tiba-tiba lampu mati dan ruangan menjadi gelap. Padahal masih pukul 4 sore lebih tapi keadaan diluar sudah gelap sekali. Suara petir terdengar lebih keras dari sebelumnya, dan cahaya petir menyilaukan sejenak tempat yang gelap itu.

“Kyaaaa...” Jeritan terdengar lagi.
Kang ajushi membawa tempat lilin yang diisi oleh 3 buah lilin yang menyala
“Semuanya tolong tenang” Changmin berteriak untuk mengalahkan suara murid-muridnya yang berteriak histeris dan suara hujan yang lebat.

Angin di luar semakin kencang berhembus, suara getaran-getaran kaca jendela menandakan bahwa angin ingin menerobos masuk kedalam istana.
“Listrik padam, sambungannya terputus, sepertinya petir memutuskan kabel listrik dilua atau menghancurkan tower listrik” kang ajushi menginfokan dengan suara pelan pada Changmin.
“Diluar sedang badai, tidak pernah ada badai seperti ini sebelumnya, saya takut jika berada terus disini, bangunan ini akan runtuh, kita bisa celaka nantinya” Kata Kang ajushi
“Ne, tapi kalau keluar dari sini akan lebih berbahaya” Ujar Changmin yang mulai panik sendiri namun tetap menunjukkan wajah tenangnya.

“Apa disini ada ruang bawah tanah, sepertinya terlalu berbahaya jika kita terus berada disini” Tiba-tiba Kangin bertanya
“Ada, tapi sampai sekarang tidak ada yang tahu dimana letaknya” Jawab Kang ajushi.

Changmin mengumpulkan anak-anak dalam satu lingkaran besar, meminta mereka untuk berdoa bersama-sama demi keselamatan mereka.
“Ruang baca...” Celetuk Jae, kemudian dia keluar dari lingkaran dan berjalan pergi
“Jae Joong kau mau kemana”
“Joonggie kau mau kemana”
Yunho dan Changmin berteriak pada Jae yang mulai menghilang dibalik pintu, tidak ada jawaban hingga kedua orang itu memutuskan untuk mengejar Jae. Akhirnya semua murid termasuk Kang ajushi mengikuti mereka.

Jae kembali masuk ke dalam ruangan dimana tadi dia bertemu dengan Kang ajushi untuk membicarakan lukisannya.
“Jae, mau apa kau kesini?” Tanya Yoochun
“Ruang bawah tanah” Kata Jae sambil melihat sekelilingnya dengan cepat dan terkesan panik.
“Kan tadi kau dengar sendiri dari Kang ajushi kalau tidak ada yang tahu letak ruang bawah tanah, dan kau yang baru pertama kesini mana mungkin tahu ... pabo-ya” Kata Kangin ketus
“Diam Kau” Yunho membentak Kangin karena tidak terima sahabatnya dihina.

Suara petir terdengar lagi diikuti cahaya kilat yang menyilaukan. Kaca sebuah jendela pecah karena terkena benda yang terbawa oleh angin, membuat suara jeritan ketakutan terdengar lagi

Suara benturan benda-benda yang terbawa angin dengan bangunan istana teersebut terdengar menyeramkan seperti hendak menghancurleburkan istana tersebut.

Yunho membenamkan kepala Yoochun di dadanya, memeluknya dengan hangat, tak membiarkan suara petir yang menyambar-nyambar menakuti kekasihnya itu
“Kau mencari apa Joonggie?” Tanya Yunho
“bagaimana .... bagaimana caranya membuka pintu ini?” Jae memukul salah satu sisi lemari besar di ruangan itu yang diduganya adalah pintu yang menghubungkannya ke ruang bawah tanah.


----- T.B.C -----

Little Bride Chap 8

Title : LITTLE BRIDE
Part : 8 / ?
Rating : NC17/Yaoi
Cast : YunHo, JaeJoong, YooChun, JunSu, ChangMin
Author : yunjae_married a.k.a. Lia
*************************

YunHo POV

Aku tengah duduk di samping meja telepon begitu JaeJoong menuruni tangga dan berjalan mendekatiku. Sesaat aku terpana dengan penampilannya yang semakin cantik dan menawan. Aku sangat bersyukur telah diberi istri seperti JaeJoong, seorang laki-laki cantik dan memiliki keistimewaan yang tidak dipunyai oleh laki-laki lain –selain Ummanya tentu saja-, yaitu bisa memberiku anak-anak yang lucu dan menjadikanku ayah mereka suatu hari nanti. Ah, aku tak sabar menunggu saat itu akan tiba. Dan karena itu, tak ada alasan bagiku untuk mengharapkan wanita dalam hidupku. Hanya seorang Jung JaeJoong sudah cukup. Aku tak butuh yang lain lagi.

Aku menatap kagum JaeJoong yang sedang berjalan sambil tersenyum ke arahku. Rasanya baru kali ini aku melihatnya tersenyum padaku. Tidak, tidak kali ini saja. Aku sudah beberapa kali mendapatkan senyuman seperti itu, namun aku baru menyadarinya sekarang. JaeJoong sudah mau tersenyum padaku, itu merupakan perkembangan yang sangat menakjubkan. Hari ini, di kencan pertama kami, aku harus mendapatkan lebih dari sekedar senyuman.
JaeJoong berdiri di depanku, menatap lembut dengan senyum yang belum lepas dari bibirnya. Aku membalas senyumannya.

“Sudah siap?” tanyaku sambil menyapu pandanganku ke sekujur tubuhnya yang saat itu memakai pakaian yang belum pernah aku lihat sebelumnya. JaeJoong kembali memakai kaos V-neck nya, kali ini berwarna maroon dan putih yang membentuk garis-garis horizontal dan belahan di dadanya lebih lebar dari pakaian yang ia kenakan sewaktu kami ke pub. Aku sempat menelan ludah begitu melihat bagian dadanya yang putih dan mulus itu. Oh Tuhan, berilah aku kesabaran untuk menghadapi malaikat ini.

“Aku sudah siap. Yunnie, Kita tidak usah membawa mobil. Kita akan memakai mobil JunSu saja. Mereka akan menunggu kita di depan,” ujar JaeJoong ketika matanya menangkap kunci mobil yang sedang aku genggam. Kemudian dia berjalan menuju pintu rumah.

“Oh, begitukah? Baiklah, Ayo.” Aku bangkit dari dudukku dan menaruh kunci mobil di laci meja telepon lalu menyusul JaeJoong yang sudah berjalan terlebih dahulu.

Kami mematung di depan pagar rumah tak sampai lima menit ketika terlihat mobil JunSu mendekat dan berhenti tepat di depan kami. JaeJoong langsung masuk lewat pintu belakang diikuti olehku. Aku menutup pintu seiringan dengan YooChun yang kembali menjalankan mobil dan melaju di jalanan.

Kami benar-benar berkeliling Kota Seoul hari ini. Mobil yang kami tumpangi menyusuri sepanjang jalan kota ini. YooChun sengaja tidak terlalu cepat menjalankan mobil sehingga setiap gedung atau tempat-tempat yang baru aku lihat terlihat sangat jelas. Tak ubahnya seorang guide, JaeJoong menjelaskan setiap tempat yang sekiranya perlu dia sampaikan padaku.

Aku benar-benar terpana dengan perubahan kota ini, banyak yang berubah dan bertambah, semakin ramai, semakin membuatku ingin berlama-lama di kota ini. Kalau tak ingat kuliahku, rasanya aku tak ingin kembali ke Jepang. Aku mencintai Kota Seoul untuk kedua kalinya. Aku bangga menjadi orang Korea.

Sudah hampir dua jam kami berkeliling dan sepertinya aku sudah cukup puas menikmati pemandangan Kota Seoul. Sekarang tiba saatnya untuk mengunjungi satu persatu tempat yang menarik di kota ini.

Tempat pertama yang kami kunjungi adalah sebuah restoran yang menyajikan khusus makanan tradisional korea karena waktunya makan siang telah tiba. Sepertinya JaeJoong sengaja memilih restoran itu untuk mengakrabkan kembali lidahku yang selama delapan tahun ini telah terkontaminasi masakan Jepang.

Berbagai macam masakan Korea dipesan JaeJoong khusus untukku, seperti Kimchi, bulgogi, samkyetang, sundubu, ojingobokum, dan lain-lain. Sebagian dari masakan itu masih sering aku nikmati di jepang, omoni memang tidak terlalu ahli dalam memasak semua masakan Korea namun dia selalu mencoba untuk memasakannya untukku dan aboji.

Dengan lahap aku mencicipi semua menu yang tersedia. JaeJoong menatapku seakan menunggu responku akan semua masakan ini. Aku mengangkat ibu jariku dengan mulut penuh makanan. JaeJoong tersenyum senang sambil ikut menyantap makanan di hadapan kami.

“Kemana kita setelah ini?” celutuk JunSu begitu selesai dengan suapan terakhirnya. Diraihnya gelas yang terletak di depannya dan meneguk isinya.

“Kau ingin kemana, Yunnie?” tanya JaeJoong padaku. Dia menatapku dengan pandangan yang tak bisa kuartikan. Aku menggelengkan kepala. Aku juga tidak tahu ingin kemana lagi. Tempat mana pun tak masalah bagiku, asal ada JaeJoong di sampingku.

“Bagaimana kalau kita ke taman bermain? Kita pasti bisa bersenang-senang disana,” usul JunSu dengan mata berbinar, disusul anggukan YooChun.

“Terserah kalian. Aku hanya turis disini, kalian guide-nya.” Aku terkekeh sembari mengangkat pundakku. Kuusahakan untuk tersenyum menanggapi ucapan JunSu dan YooChun. Aku harus menghargai usaha mereka untuk tetap berusaha mengakrabiku.

“Baiklah, kita ke taman bermain. Ayo kita pergi.” JaeJoong tampak antusias, dia berdiri dan menarik tanganku. Aku menikuti langkahnya meninggalkan restoran itu, diiukti oleh YooChun yang menggandeng pundak JunSu.

Sepanjang perjalanan, JaeJoong sibuk menjelaskan berbagai permainan di taman yang akan kami datangi. Sebagian aku sudah mengetahuinya karena di Jepang juga aku pernah beberapa kali ke tempat bermain seperti itu bersama RyeoWook.

Kami tiba di tempat bermain tepat disaat loket penjualan tiket masuk tidak terlalu ramai hingga kami tak perlu mengantri untuk dapat masuk ke arena bermain itu..

Selama kami bersama, perhatianku hanya tercurah pada JaeJoong. Setiap gerak-geriknya tak pernah lepas dari pandangan mataku. Aku harus memanfaatkan waktuku yang hanya tinggal seminggu lagi bersamanya. Setelah itu, entah kapan lagi aku bisa melihat tingkah lakunya yang selalu menggemaskanku.
-----------------

JaeJoong POV

Aku senang sekali hari ini. aku bisa terus bersama YunHo tanpa ada gangguan telepon dari kekasihnya yang berada di Jepang sana. Rasanya aku tak ingin hari ini berakhir. Aku ingin terus selalu bersama suamiku.

Hari ini aku mendapat perhatian penuh dari YunHo. Dia selalu mengikutiku kemanapun aku pergi, dia selalu menuruti kemauanku, dia membuatku bahagia sepanjang hari ini. Seandainya saja dia tak memiliki kekasih di Jepang, aku pasti akan lebih bahagia. Aku rela menyerahkan milikku yang paling berharga padanya, apapun itu.

Tapi aku tak mau melakukan itu semua selama ia masih dengan laki-laki manja itu. Bagaimana kalau aku hamil dan dia meninggalkanku untuk bersama laki-laki itu? aku akan menjadi seorang istri yang paling malang di seluruh dunia.

Aku menggelengkan kepalaku. Aku tak mau itu terjadi. Aku harus membuat hubungan mereka putus. Aku tak mau berbagi suami dengan orang lain.

Aku menatap YunHo yang sedang memandang segerombolan anak-anak kecil di depan kami. Senyumnya mengembang ketika melihat salah satu dari anak-anak itu menangis. Ternyata ice creamnya jatuh.

Tiba-tiba YunHo mendekati anak itu lalu berjongkok di depannya. Sepertinya dia sedang membujuk anak itu, kemudian kulihat dia menarik tangan anak itu mendekati penjual ice cream yang tak jauh dari kami. Aku terus memperhatikannya hingga YunHo kembali ke tempat gerombolan anak-anak tadi. Anak itu kini tertawa senang dengan ice cream baru di genggamannya.

Yunho mendekatiku dan duduk di sampingku. Aku tersenyum sambil menatapnya penuh kekaguman. Aku benar-benar bodoh telah menyia-nyiakannya selama tiga minggu ini. Minggu depan dia akan kembali ke Jepang untuk waktu yang lama dan aku belum mendapatkan cinta darinya secara utuh. Benar-benar JaeJoong yang malang.

“Kau suka anak-anak?” tanyaku menolehnya. Dia hanya mengangguk sambil tersenyum tipis. Matanya masih menatap anak kecil tadi.

“Aku hanya ingat dengan masa kecilku. Ketika seumurnya, aku tak pernah mencicipi ice cream. Jangankan ice cream, permen saja jarang aku makan. Orangtuaku tak mampu membelikan itu semua. Hidup kami sangat sulit waktu itu. Bisa makan saja kami sangat bersyukur.” YunHo menundukkan kepalanya. Aku melihat sekilas matanya berkaca-kaca, dan itu berhasil membuatku menitikkan air mata. Tak sadar aku mengusap rambutnya, mencoba memperlihatkan empatiku. Aku ikut sedih jika mengingat kehidupannya di masa lampau sebelum bertemu dengan Aboji dan Omoni.

“Yunnie, sekarang kau bisa makan ice cream sepuasnya. Tunggu, aku belikan, ya.” Tanpa menunggu jawaban YunHo, aku berdiri kemudian menghampiri penjual ice cream dan membeli dua mangkuk kecil ice cream, yang satu rasa coklat, dan satunya rasa stoberi. Aku menuju YunHo yang sudah menegakkan kembali wajahnya dan tersenyum melihatku.

Aku memberikan satu mangkuk ice cream dengan rasa coklat pada YunHo. Dan dia menerimanya sambil mengucapkan terima kasih. Sesaat kami saling diam dan menikmati ice cream masing-masing.
YunHo menoleh padaku sambil melihat ice cream stroberi di tangan kiriku yang tinggal setengah.

“Apakah rasa stroberinya enak?” tanya YunHo.

“Mmm,” aku mengangguk “Mau?” tanpa menunggu anggukannya, aku menyuapi sesendok ice cream itu ke mulutnya. Dia mengulumnya dengan nikmat.

“Enak, rasanya manis sekali. kau mau coba punyaku?” YunHo pun menyuapiku ice cream coklatnya. Aku menerimanya dengan senang hati. Dia tersenyum melihat lelehan ice cream di tepi bibirku. Dia membersihkan dengan ibu jarinya. Wajahku pasti memerah saat itu.

“Gomawo. Yang rasa coklat juga enak.” Aku tersenyum menatapnya. Lalu kami sama-sama menunduk menahan malu yang tiba-tiba datang.

Aku tertawa dalam hati. Kami seperti sepasang kekasih yang baru pertama jatuh cinta dan melakukan kencan pertama. Padahal kami adalah sepasang suami istri yang sudah delapan tahun menikah. Sungguh lucu dan menggelikan.

Disaat kami sedang salah tingkah seperti itu, tiba-tiba datang JunSu dengan nafas tersengal-sengal, disusul YooChun di belakangnya dengan keadaan yang sama.

“Kalian dari mana saja?” tanyaku sambil melihat kedua temanku silih berganti.

“Chunnie mengajakku naik tornado. Jantungku rasanya berhenti berdetak.”

“Hahaha… Su, kau kalah dengan anak-anak itu. Mereka malah tertawa sepanjang permainan.” YooChun menggandeng JunSu dan menepuk-nepuk pundak lelaki manis itu.

“Aku yakin jantung mereka terbuat dari besi. Bagaimana tidak, badan diputar, dibanting, dibolak-balik, mereka malah tertawa.” JunSu tampak masih memperlihatkan wajah shock-nya. Aku ikut tertawa melihat sikapnya itu.

“Kenapa kalian masih duduk-duduk disini? Kau tak ingin menikmati permainan disini, YunHo?” tanya JunSu pada lelaki yang duduk merapat di sampingku ini.

“Aku ingin masuk kesana,” ujar YunHo sambil menunjuk ke sebuah rumah-rumahan bergaya klasik yang terlihat sangat mengerikan. Di depannya tertulis dengan huruf besar berwarna merah ‘Ghost’s House’. Aku menatap yang ditunjuk YunHo itu dengan ketakutan.

“Aku tidak mau.” Jawabku dengan cepat.

“Jae, kau takut hantu? Hahaha… kau seperti anak kecil.” Tiba-tiba YooChun mentertawaiku dengan nada mengejek.

“Ya! Aku tidak takut dengan hantunya. Aku takut…gelap,” aku memelankan suaraku ketika menyebut kata kerakhir.

“Ada aku, Joongie.” Ucap YunHo sambil tersenyum.

“Ada aku juga, Jae.” YooChun ikut bicara yang saat itu langsung mendapat pandangan tak senang dari YunHo dan JunSu.

“Baiklah, ada dua pangeran yang akan melindungiku. Let’s play.”

“Okay. Ayo Joongie, kita bermain bersama. “ YunHo berdiri dan menghadapku. Tangan kanannya diulurkan kearahku dengan senyum tipis yang menghias wajahnya. Aku menyambut tangannya sambil berdiri dan tak lupa membalas senyumnya. Kami berdua pun melangkah menuju ke permainan “Ghost House”, disusul YooChun yang menggandeng tangan JunSu dengan erat.

Sepertinya permainan itu tidak terlalu menarik perhatian pengunjung hari itu, kami tak perlu mengantri untuk dapat masuk ke dalam rumah-rumahan itu.

“Kalian dulu yang masuk,” perintahku pada JunSu dan YooChun. Mereka pun mulai memasuki ruangan gelap itu. Dengan jarak lima meter di belakang mereka, aku dan YunHo pun menyusul masuk.
Disaat mulai masuk, aku langsung menggenggam tangan YunHo. Ruangan ini benar-benar gelap. Aku tak dapat melihat jariku sendiri.

“Yunnie, kau jangan sekali-kali melepaskan tanganku, ya.” Aku menoleh ke sebelah kiri dimana YunHo berdiri.

“Kau tenang saja, Joongie. Kita akan terus bersama sampai keluar dari permainan ini.”

Kami melangkah perlahan sambil tetap berhati-hati, karena bisa saja patung-patung mengerikan itu muncul dengan tiba-tiba. Aku pernah mencoba permainan ini ketika masih kecil. Namun waktu itu rumah-rumahannya lebih kecil dan tidak semengerikan ini.

Aku memeluk lengan YunHo. YunHo meremas tangan kananku yang mencengkeram lengan atasnya.

“Aaaaa…” tiba-tiba ada seseorang menabrak kami dari belakang dengan sangat keras dan berhasil melepaskan tautan tanganku dengan YunHo. Aku tersungkur dengan lutut dan kedua telapak tangan yang menumpu tubuhku. Aku benar-benar terkejut dengan kejadian yang baru saja lewat. Kudengar orang itu terus berlari kearah depan sambil tak hentinya berteriak ketakutan.

Yang lebih mengejutkan, aku tak menemukan YunHo di dekatku. Kemana YunHo? Kemana dia?

“Yunnie?... Yunnie?” panggilku. Namun tak ada sahutan. Tidak ada suara YunHo, tak ada sentuhan YunHo. Aku mulai panik. Ketakutanku akan kegelapan kembali melandaku.

Aku berteriak ketakutan. Aku terus memanggil nama YunHo. Lalu tiba-tiba ada seseorang memegang pundakku kemudian kedua tangannya memeluk tubuhku. Aku langsung membalas pelukannya. Aku benar-benar ketakutan, nafasku seperti berhenti bernafas.

“Yunnie,” aku melepaskan pelukan kami. Tanganku meraba-raba wajahnya. Aku tak bisa mengenali siapa yang berada di depanku ini. Tiba-tiba dia menarik tanganku yang berada di pipinya. Kemudian kedua tangannya menangkup pipiku, sedetik kemudian dapat kurasakan ada sentuhan lembut di bibirku. Orang ini menciumku! YunHo menciumku! Aku menutup mataku menikmati pagutan bibirnya. Dan dengan perlahan aku membalas ciumannya. Bibir kami saling menghisap dan saling melumat. Lalu lidahnya menyusup diantara kedua bibirku, berusaha memasuki mulutku. Aku memberinya kesempatan hingga dia dengan leluasa menjamah segala apapun yang ada di dalam mulutku. Hingga lidah kami akhirnya saling mengait dengan bibir yang tak berhenti saling memagut.

Ditengah kenikmatan ini, tiba-tiba kembali ada seseorang yang menabrak kami dan berhasil memisahkan kami kembali. Dan aku kehilangan YunHo lagi.

“Yunnie…,” aku memanggil sambil berteriak. Lalu tiba-tiba ada seseorang yang menarikku dan membawaku berlari menuju pintu keluar.

Aku menarik nafas lega mendapatkan kembali cahaya matahari yang tiba-tiba sangat kurindukan. Namun aku berteriak dengan penuh keterkejutan ketika aku tahu siapa yang menarikku ke pintu keluar.

“Chunnie?”

‘Jadi yang menciumku tadi? Oh, Tidak!’

Dan kekagetanku bertambah ketika kulihat siapa yang muncul dari arah pintu keluar berikutnya.
YunHo dan JunSu, dengan kedua tangan saling menggenggam.

“Aaaaaaa….” YunHo berteriak begitu melihatku sambil menghempaskan tangan JunSu. Sepertinya dia juga merasa kaget ketika mengetahui kalau yang dia tarik itu ternyata tangan JunSu.

“Chunnie? Kenapa kau meninggalkanku?” tanya JunSu dengan tatapan kecewa sambil melirik kearahku. JunSu pasti cemburu padaku.

“Aku kira JaeJoong itu kau. Tadi ada orang aneh yang berlari dan membuat kita terpisah.”

JunSu hanya terdiam menunduk. Aku menjadi tidak enak pada JunSu. Apalagi kalau benar yang menciumku itu adalah YooChun, aku bisa dibunuhnya.

“Sudahlah, ayo kita mencoba permainan lain lagi,” ajak YunHo sambil menarik tanganku dan meninggalkan YooChun dan JUnSu yang masih mematung.

Sepanjang perjalanan mengikuti YunHo, pikiranku masih berkecamuk tentang siapa sebenarnya yang menciumku tadi. YunHo atau YooChun? Aish, kenapa jadi begini?

Permainan demi permainan kami coba. Ada kalanya kami berpasang-pasangan, terkadang pula kami berempat mencoba permainan yang sama. Tak terasa waktu sudah menunjukkan senja hari. Sebentar lagi matahari akan terbenam. Saat itu kami sedang mengantri untuk mencoba permainan bainglala yang berhiaskan lampu warna-warni, terlihat megah dan indah. YunHo tak pernah melepaskan genggaman tanganku. Aku pun meremas erat jemarinya seakan takut terpisah dengan pemilik tangan kekar itu.

“Joongie, sudah lama aku ingin naik permainan ini, aku ingin melihat Kota Seoul dari atas, pasti indah,” ujar YunHo setengah berbisik. Aku merinding sesaat mendengar suaranya yang begitu dekat di telingaku. Aku hanya tersenyum dan menganggukkan kepala. Sesungguhnya aku pun sudah lama ingin menaiki permainan ini dengan seseorang yang aku cintai. Tak disangka aku akan melakukannya bersama YunHo, bersama suamiku.

Kulirik di sebelahku JunSu yang sedang tersenyum sambil mendengarkan YooChun yang terus saja berceloteh, entah apa yang ia bicarakan. Pastinya itu sesuatu yang lucu. Aku sedikit iri dengan JunSu yang memiliki YooChun, seseorang yang humoris dan romantis.

Lain sekali dengan YunHo yang terkesan dingin dan kaku, bahkan terkadang galak. Tapi aku memang belum tahu sifatnya yang sekarang ini. Siapa tahu dia sekarang seorang lelaki yang romantis atau lucu, aku tidak tahu. Bukankah aku baru mengenalnya kembali kurang dari satu bulan ini? Delapan tahun adalah waktu yang lama, cukup untuk merubah karakter dan kebiasaan seseorang.

Namun terlepas dari itu semua, aku sekarang mencintai YunHo, mencintai kekurangan dan kelebihannya. Aku mencintai keseluruhan yang ada pada dirinya. Aku sudah benar-benar jatuh cinta padanya, mencintai suami yang aku nikahi delapan tahun yang lalu. Kini aku tak merasa menyesal menikah dengannya. Bahkan, aku sangat bersyukur memiliki seorang pendamping bernama Jung YunHo.

Hari ini aku seakan lupa dengan tujuan utama mengajaknya double date. Semula aku akan membuat YunHo cemburu dengan terus berdekatan bersama YooChun. Namun aku terlalu bahagia, terlalu mabuk dengan perhatian YunHo padaku. Aku semakin yakin kalau sesungguhnya YunHo juga mencintaiku. Dan aku juga tak tega mengganggu kesenangan JunSu yang sedang menerima limpahan kasih sayang dari YooChun yang hari ini begitu mesra pada JunSu. Mudah-mudahan JunSu sudah dapat membuat YooChun jatuh cinta padanya hari ini. Biarlah kami merasakan kebahagiaan ini.

Tak terasa kami sudah berada di jajaran paling depan, sesaat lagi kami akan mendapatkan tempat di salah satu ruang yang berbentuk sangkar burung itu (author ga tau namanya XD ), yang bergelantungan di permainan bianglala. Dan saat itu pun tiba. Aku dan YunHo mulai menaiki salah satu sangkar itu, yang berkapasitas hanya dua orang. Aku duduk di jok yang telah tersedia, disusul YunHo yang duduk di samping kananku. Kutengok JunSu dan YooChun yang masih mengantri di tiga baris dibelakangku, dan akhirnya kulihat mereka pun mendapatkan satu sangkar lainnya.

Kincir raksasa itu pun mulai bergerak dengan pelan. Posisiku dan YunHo sedikit demi sedikit mulai menanjak naik. Pemandangan Kota Seoul di senja hari mulai terlihat. Begitu indah, berwarna kemerahan dari semburat matahari yang akan segera terbenam.

Aku melihat YunHo yang mengedarkan pandangannya ke dinding kaca sekeliling kami, terpukau dengan pemandangan di sekeliling kami yang kemerahan, dihiasi kerlipan lampu yang berasal dari taman bermain.

Sedangkan aku hanya menatap kearah sunset yang sesaat lagi akan menghilang.

“Yunnie, lihat sunsetnya! Indah sekali bukan,” celotehku sambil tetap menatap matahari yang perlahan lenyap ditelan bumi lewat dinding kaca di sebelah kiriku.

“Iya, indah sekali.”

“Warnanya merah dan langit juga ikut berwarna merah. Sungguh indah, bukan?”

“Iya, merah dan merekah. Aku ingin sekali menyentuhnya.”

“Ya! Mana mungkin kau menyentuhnya. Matahari sangat panas, Yunnie. Kau akan terbakar sebelum mencapai permukaannya.”

“Tapi aku bisa menyentuhnya saat ini juga.”

Aku tertegun. Suara YunHo kian terdengar jelas di telingaku, dan aku merasakan hawa panas yang meniup pipi. Perlahan aku menoleh kearah YunHo. Dan astaga! Wajah YunHo hanya berjarak beberapan senti saja dari wajahku. Aku melihat pandangan YunHo menancap kuat di bibirku. Ya ampun! Kotor sekali pikirannya. Jadi sedari tadi aku berceloteh tentang sunset yang indah, dia malah menanggapinya lain. Dasar pervert!

Aku menjauhkan wajahku darinya, namun dia terus maju sehingga jarak kami tak berkurang sedikitpun.

“Yunnie,..” aku tak tahu harus berkata apa lagi. Aku sudah bersandar di dinding kaca di belakangku. Aku terperangkap tak bisa bergerak lagi.

“Benar kan aku bisa menyentuhnya, Joongie?” tanya YUnHo dengan suara sedikit mendesah, masih dengan pandangan matanya di bibirku. Aku dibuatnya salah tingkah. Tak sadar aku menggiggit bibir bawahku, dan bersamaan itu aku melihat jakun YunHo turun naik, dia menelan ludah dan ikut menggigit bibirnya sendiri. Wajah it uterus mendekat,

“Yunh, tung.. tunggu. A..ku mau bertanya.” Ujarku ketika bibirnya hampir menyentuh bibirku.

“Apa?” YunHo menjepit tubuhku dengan kedua tangannya yang bertumpu di dinding kaca di belakangku. Sekilas dia menatap mataku, lalu kembali menancapkan sorot matanya di mulutku.

“Tadi di rumah hantu, apa kau yang….” Aku tak melanjutkan kalimatku. Aku malu menyebutkannya.

“Tentu saja aku yang menciummu. Sayang orang-orang gila itu mengganggu kenikmatan kita. Memangnya menurutmu siapa yang melakukannya?”

Rasa lega terasa di hati mendengar jawaban YunHo. Dan YunHo seperti mengerti apa yang ada dalam pikiranku.

Aku pikir…”

“YooChun?” potong YunHo. Aku menundukkan wajahku.

“Joongie, berani-beraninya kau memikirkan orang lain saat kita bersama. Kau milikku, aku tak akan membiarkan orang lain menyentuhmu, kau tahu? Sekarang kau harus kuhukum.” YunHo memiringkan wajahnya dan mulai menyentuh bibirku. Aku memejamkan mata merasakan pagutan lembut dari bibir YunHo. Dan sesaat kemudian aku mulai membalas ciumannya. Kupagut bibir atasnya ketika dia menghisap bibir bawahku. Kedua tangan YunHo menekan rahangku dan kurasakan ciumannya kian dalam. Tanganku meraih kerah kemeja YunHo dan meremasnya ketika kurasakan dia mulai menghisap lidahku dan mengulumnya. Sekali-kali suara lenguhan keluar dari mulutku. Darahku berdesir dan merasakan sensasi yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Jemariku merayap naik dan menyentuh lehernya.

Bibir kami terus saling berpagutan dalam waktu yang cukup lama. YunHo tak pernah melepaskanku sedikitpun. Tangan YunHo merambat turun ke bagian belakang tubuhku, dan telapak tangannya kini mengusap-usap punggungku. Dan tanganku meremas rambut YunHo ketika dia menggigit pelan bibir bawahku. Sakit sesaat, namun selanjutnya dia mengulumnya seakan ingin meminta maaf atas kenakalannya barusan. Kami terus berciuman hingga akhirnya aku tak dapat lagi bernafas. Badanku pun benar-benar terasa lemas. Kudorong wajahnya menjauh diiringi nafasku yang tersengal. YunHo menyeringai melihatku kesusahan mengatur nafas.

“Joongie, bibirmu bengkak.” YunHo terkekeh sambil mengusapkan ibu jarinya di bibirku yang terasa berdenyut-denyut sejak ciuman kami usai. Bagaimana bibirku tidak bengkak, YunHo agak keterlaluan saat menghisapnya, dan beberapa kali dia menggigitnya. Aku hanya bisa menunduk, menyembunyikan wajahku yang memerah.

“Kenapa kau malu?” YunHo meraih daguku sehingga membuat wajahku menghadapnya.

“….”

“Tidak salah mencintai suami sendiri. Kau tak perlu menutupinya, Joongie.” YunHo mengelus-elus pipiku dengan ibu jarinya dan mengecup kilat bibirku. Mata kami saling bertatapan. Kulihat YunHo tersenyum dengan tulus. Aku menyukai senyumannya seperti ini. Kubalas senyuman itu sambil menyandarkan kepalaku di pundaknya. Kutautkan jemari kami dengan erat. Ya, aku tak perlu menutupinya lagi. Aku mencintai YunHo, Aku mencintai suamiku yang sedang duduk di sampingku ini.

YunHo tiba-tiba mengangkatku ke pangkuannya, dipeluknya pinggangku dan menyandarkan kepalaku di dadanya. Aku terkaget sesaat namun tak bisa berkata apa-apa. Terlalu bahagia hingga tak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Kupejamkan mataku sambil merasakan irama jantungnya yang berdegup indah.

“Aku jadi tak sabar menunggu kita pulang. Aku tiba-tiba rindu kamar kita, ranjang kita. Malam ini tak perlu ada bantal guling diantara kita bukan?” tanya YunHo seraya mengecup puncak kepalaku.

“Ya! Dasar pervert!” Aku mencubit pinggangnya diikuti tawa lebar lelaki di sandaranku ini.

Keadaan mulai remang, matahari sudah menghilang sejak tadi. ‘sangkar burung’ yang kami tempati sudah mulai berjalan turun dan sebentar lagi akan sampai di akhir permainan.

Begitu bianglala itu berhenti, setiap pengunjung turun satu persatu. Aku dan YUnHo terlebih dahulu turun dan tak lama kemudian kulihat JunSu dan YooChun pun turun dari tempat mereka, kami berjalan menuju area terbuka untuk merencanakan permainan apa lagi yang akan kami ikuti.

Aku memandang JunSu yang terlihat kurang senang, dan dia seperti menghindar terus dari YooChun. Pasti mereka bertengkar lagi. Aku terkikik pelan ketika kulihat ada luka di bibir JunSu yang disertai sedikit darah disana. Itu pasti ulah YooChun.

“Kita bermain apa lagi?” tanyaku pada mereka bertiga.

“Aku mau pulang,” respon JunSu masih dengan wajah cemberutnya.

“Ya! Jangan pulang dulu. Kita belum ke teater. Teman kuliahku dulu akan mengadakan pertunjukan teater di Gedung Kesenian Seoul malam ini. Aku sudah mempunyai tiket untuk kita berempat. Kita nonton pertunjukan itu dulu ya, Su?” YooChun meraih pinggang JunSu dengan pandangan memelas. JunSu pun mengangguk tanpa memandang YooChun. Ada apa dengan JunSu?

*************

JunSu POV

Akhirnya kami mendapat bagian juga di bianglala ini, kulihat JaeJoong dan YunHo sudah masuk di salah satu tempat berbentuk sangkar burung yang dikelilingi dinding kaca. Lalu kami memasuki ruang berukuran satu meter kali satu meter ini. YooChun duduk merapat di sebelah kananku. Setelah semua ruang terisi, kincir ini pun mulai berjalan berputar. Kami pun perlahan-lahan naik. Orang-orang di bawah sana kian terlihat mengecil. Aku mengalihkan pandanganku ke lelaki yang duduk di sampingku, dan ternyata dia juga sedang menatapku sambil tersenyum.

“Kenapa kau tersenyum? Apa ada yang aneh di wajahku?” tanyaku sembari mengerutkan kening.

YooChun menggeleng namun tetap menatapku.

“Ya! Chunnie, berhenti memandangku seperti itu. Lebih baik kau lihat pemandangan Kota Seoul di bawah sana. Kau sudah dua tahun tidak melihatnya bukan?” Aku menunjuk ke bawah, ke jutaan lampu yang mulai menyala dari rumah penduduk.

“Su, kau senang hari ini?” tanya YooChun terlihat serius. Aku hanya bisa menjawabnya dengan sebuah anggukan.

“Baguslah.” YooChun memalingkan wajahnya dan menatap lurus ke depan.

Hanya itu? Baguslah? Tck, aku sungguh tak mengerti dengannya. Kadang sikapnya sangat manis, kadang terkesan kaku dan misterius.

“Coba kau lihat, Su. JaeJoong dan YunHo sedang berciuman.” YooChun menunjuk ke sebuah sangkar lain di depan kami yang menggantung di kincir raksasa ini. Aku mengikuti arah telunjuk YooChun. Benar, akhirnya JaeJoong dan YunHo dapat mengekspresikan perasaan mereka masing-masing. Aku turut senang. Berarti JaeJoong tak perlu berdekatan lagi dengan YooChun. Semoga mereka bahagia sekarang.

Aku tersenyum memandang sepasang kekasih yang sedang dilanda asmara itu. Akhirnya pasangan suami istri itu bisa berbahagia setelah delapan tahun terikat dalam pernikahan aneh itu.

Joongie, chukkae…

“Su, aku ingin juga seperti mereka,” ujar YooChun menyadarkanku dari lamunan yang baru kumulai. Aku mengerjapkan mataku seraya menatap YooChun.

“Kau melamun?” Aku menggeleng sambil tersenyum.

“Su, aku ingin seperti mereka.” Sambil berkata seperti itu, YooChun mendekatkan wajahnya kearahku. Aku tak bergeming. Selalu begitu, aku seolah-olah menjadi robot di hadapannya, yang selalu menuruti apapun kemauannya. Apakah ini karena cinta? Aku yang terlalu mencintainya hingga apapun kulakukan untuk membuatnya bahagia? Ya, aku sangat mencintai YooChun, sangat. Bahkan melebihi cinta pada diriku sendiri.

Sesaat kemudian bibir kami bersentuhan. Seperti biasa, YooChun melahap bibirku dengan agresif, aku hanya bisa membalasnya sebisaku, selebihnya aku hanya bisa melenguh menerima keliaran bibirnya dalam mulutku. Aku menjerit saat YooChun menggigit bibir bawahku. Terasa asin di bagian bekas gigitannya. Sepertinya berdarah.

“Mianhae, Su. Sakit?” tanya YooChun melepaskan ciumannya sambil menatapku khawatir. Aku menggeleng sambil tersenyum. Rasa perih itu terasa hilang begitu melihat wajah khawatirnya. Aku suka YooChun yang perhatian seperti ini.

YooChun kembali menyentuh bibirku dan menjilat luka yang masih mengeluarkan darah itu. dikulumnya agak lama bagian itu untuk menghentikan darah yang keluar. Lalu dia kembali bermain dengan pergulatan lidahnya di mulutku. Oh YooChun, saranghae…

Entah berapa lama kami berciuman, hingga aku tiba-tiba melepaskan bibir YooChun ketika tangan lelaki itu mulai menyelinap ke balik kausku dan mengelus dadaku dengan nakal. Kalau ini dibiarkan akan sangat membahayakan.

“Mianhae, Su.” Ucap YooChun sambil membetulkan posisi duduknya di sampingku.

“Jangan diulangi!” responku sambil merapikan kausku yang sedikit melipat di ujungnya.

“Su, lihat! Mereka masih berciuman. YunHo sangat beruntung hari ini.”

“Maksudmu?” tanyaku dengan nada tak mengerti. Seperti ada arti lain dalam kalimat YooChun itu.

“Kau tahu, JaeJoong adalah lelaki yang sangat digandrungi oleh anggota club kita. Semuanya berusaha mendapatkan perhatian JaeJoong. Namun tiba-tiba saja YunHo datang dan memenangkan hati pria cantik itu.” papar YooChun sambil menatap YunHo dan JaeJoong yang masih saling menautkan bibirnya.

“Termasuk kau?” tanyaku penuh curiga. YooChun, tolong katakan tidak, jangan membunuhku dengan jawaban iya.

“Mungkin. Aku single, aku berhak menyukai seseorang, bukan? Kecuali aku sudah memiliki kekasih. aku pasti akan setia padanya dan menutup mataku dari lelaki lain.”

Duk…! Terasa sakit di dada ini. YooChun benar. Dia berhak menyukai siapapun, termasuk JaeJoong. Tapi kenapa harus JaeJoong? Kenapa tidak aku saja?

Aku menundukkan wajah, merasakan sesak yang tiba-tiba datang melanda dadaku. Apakah YooChun menyukai JaeJoong? Kalau ini benar, aku harus meminta pertanggungjawaban JaeJoong. JaeJoong harus mengembalikan YooChun seperti dulu, yang hanya memberikan perhatiannya padaku, kendati tidak pernah mengatakan cinta. Tapi bagiku itu sudah cukup.

Aku turut menolehkan pandanganku ke kedua orang yang saling menumpahkan perasaannya itu. JaeJoong, aku benar-benar sekarat saat ini. Tolong aku dengan mengatakan pada YooChun kalau YunHo itu adalah suamimu yang telah kau nikahi delapan tahun yang lalu. Oh Tuhan, jangan palingkan YooChun dariku.

Tanpa kusadari, permainan bianglala ini selesai. Mesinnya sudah berhenti. Aku mengikuti YooChun yang sudah keluar terlebih dahulu.
Kami menghampiri JaeJoong dan YunHo yang telah berdiri di tempat yang agak terbuka. Aku melihat wajah JaeJoong terlihat sangat bahagia. Sedangkan aku, mendadak kebahagianku hari ini sirna hanya karena perkataan YooChun beberapa menit yang lalu. Apakah aku sedang cemburu. Ya, sangat cemburu.

“Kita bermain apa lagi?” tanya JaeJoong memandangi kami satu persatu.

“Aku mau pulang,” responku dengan nada agak ketus.

“Ya! Jangan pulang dulu. Kita belum ke teater. Teman kuliahku dulu akan mengadakan pertunjukan teater di Gedung Kesenian Seoul malam ini. Aku sudah mempunyai tiket untuk kita berempat. Kita nonton pertunjukan itu dulu ya, Su?” YooChun meraih pinggangku dengan pandangan memelas. Pandangan seperti inilah yang selalu mengalahkanku, dan aku tak bisa menjawab lain selain menganggukkan kepala tanpa memandang kearahnya. Seperti janjiku Chunnie, apapun kulakukan untukmu. Walaupun aku harus mati, asalkan itu membuat kau bahagia, pasti akan kulakukan.
****************

Author POV

Mereka berempat pun meninggalkan taman bermain, menuju Gedung Kesenian Seoul. Di tiket itu tertulis bahwa pertunjukkan akan dimulai pukul delapan sehingga JaeJoong dan yang lainnya masih ada waktu untuk makan malam terlebih dahulu.

Mereka memilih restoran yang tidak terlalu jauh dari Gedung Kesenian. YunHo tampak lahap menyantap makanan yang telah dipesan, apalagi dilayani oleh istri tercintanya. JaeJoong sangat menikmati kebersamaan mereka. Mereka tak memperhatikan JunSu yang sedang kehilangan selera makannya, dan YooChun yang terlihat iri melihat kedekatan mereka berdua.

“Mau sayurnya lagi, Yunnie?” tanya JaeJoong sambil siap-siap menyendokkan sayuran ke piring YunHo.

“Sudah cukup, Joongie. Aku sudah kenyang. Justru kau yang harus banyak makan. Lihat, kau hanya makan sedikit.” YunHo tiba-tiba menyendokkan sepotong sapi panggang ke piring JaeJoong disusul jeritan kecil JaeJoong.

“Andwe, Yunnie! Aku tak mampu menghabiskannya. Potongan ini terlalu besar.”

“Kau makanlah dulu, nanti aku bantu.” YunHo pun menatap JaeJoong yang memotong kecil-kecil daging itu dan menyuapkan ke mulutnya. JaeJoong menghentikan suapannya, padahal potongan sapi panggang itu masih ada setengahnya.

“Lihat, aku tak mampu menghabiskannya.”

“Suapi aku. Aku yang akan menghabiskannya.” Kata YunHo sambil menganga, siap melahap suapan dari JaeJoong. JaeJoong pun mulai menyuapi YunHo dengan senangnya.

“Jae, boleh aku juga?” tiba-tiba YooChun berkata sambil menunjuk garpu JaeJoong yang terdapat sepotong kecil daging di tusukannya.
JaeJoong agak ragu sebelum akhirnya menyuapkannya pada mulut YooChun.

“Delicious…” gumam YooChun sambil menguyah. JunSu hanya menunduk merasakan kesal yang teramat sangat.

“JunSu, kau mau aku suapi juga?” tanya JaeJoong sambil tersenyum menatap JunSu. JunSu menggelengkan kepalanya dengan malas.

“Aku sudah kenyang. Cepat makannya, ini sudah hampir jam delapan. Aku tunggu di mobil.” JunSu bangkit dari duduknya dan melangkah keluar, meninggalkan ketiga temannya yang menatapnya heran.

“Chunnie, ada apa dengan JunSu? Sejak keluar dari taman bermain, dia terlihat murung.” Tanya JaeJoong pada YooChun yang sedang mengunyah daging suapan dari JaeJoong.

“Entahlah, mungkin dia lelah. Biar aku susul.” YooChun meninggalkan JaeJoong dan YunHo, keluar untuk menyusul JunSu.

YooChun membuka pintu kiri depan mobil dan duduk di joknya. Tampak JunSu sudah duduk disana namun memalingkan wajahnya dari YooChun, menatap kaca jendela yang berada di samping kanannya.

“Su, kau kenapa?” tanya YooChun sambil menyentuh paha JunSu dengan lembut. JunSu tak bergerak. Mulutnya pun terdiam.

“Kau lelah?” tanya YooChun memindahkan tangannya ke pundak JunSu dan meremasnya perlahan. JunSu tetap diam.

“Su, kemari.” YooChun meraih kepala JunSu dan menyandarkan di pundaknya. JunSu hanya menurut, namun tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya.

“Su, apa bibirmu masih sakit? Tadi kau hanya makan sedikit. Apa masih terasa perih saat makan tadi?” YooChun meraih dagu JunSu agar bisa menatap wajah pria imut ini. Mereka saling bertatapan. Saat wajah keduanya mulai saling mendekat, dan nyaris YooChun menyentuh bibir JunSu, terdengar ketukan dari pintu mobil. Mereka pun saling menjauhkan tubuhnya masing-masing. YooChun membuka kunci pintu mobil. Tak lama YunHo dan JaeJoong pun masuk dan duduk di jok belakang.

Mobil pun melaju menuju Gedung Kesenian Seoul yang berjarak kurang lebih satu kilometer dari restoran tadi.

Mereka memasuki ruang pertunjukkan tepat disaat acara dimulai. JunSu terlebih dahulu duduk diikuti YooChun, JaeJoong dan YunHo.
Lampu di area audiens mulai dimatikan, hanya cahaya lampu yang menerangi stage yang menyala. Teater yang berjudul “Princess Cinderella” pun dimulai.

Di awal cerita suasana begitu mengharukan, disaat mengisahkan penderitaan Cinderella yang selalu dianiaya oleh ibu tiri dan dua kakak tirinya. Namun tak lama suasana berubah menggelikan saat diceritakan betapa konyol dan bodohnya kedua kakak Cinderella itu. JaeJoong tak hentinya tertawa melihat dua pemeran kakak tiri Cinderella yang selalu bertengkar dan memusingkan ibu mereka itu. Hingga akhirnya,

“Yunnie, aku mau ke toilet dulu. Ceritanya benar-benar lucu sampai aku tak tahan untuk buang air kecil,” bisik JaeJoong sambil tersenyum. YunHo pun ikut terkekeh melihat sikap JaeJoong yang sedang menahan hasrat ke toiletnya.

“Mau kutemani?” bisik YunHo balik.

”Tidak perlu. Kau menonton saja.” YunHo memberi tempat untuk JaeJoong lewat. Dan dengan jalan cepatnya, JaeJoong segera memburu toilet yang berada di samping ruang pertunjukan.

Sesaat setelah JaeJoong menghilang dibalik pintu keluar, YooChun pun berdiri dan memberitahu JunSu kalau dia pun ingin ke toilet. JunSu menatap punggung YooChun yang sedang berjalan dengan pandangan curiga. Apakah YooChun benar-benar ke toilet atau hanya ingin mendekati JaeJoong? Sabar JunSu, kau tak boleh berburuk sangka.

Sedangkan di toilet yang kebetulan sedang kosong, JaeJoong masuk dan segera memasuki salah satu ruang closet. Awalnya dia hanya ingin buang air kecil. Namun makan malam yang berlebihan satu jam yang lalu membuatnya tiba-tiba sakit perut.

Tak lama kemudian YooChun pun memasuki toilet dan menuju urinoir yang tersedia disana. Setelah selesai, dia membasuh tangan di wastafel, lalu masuklah seorang petugas cleaning service yang akan mengepel lantai. Setelah selesai, petugas itu meletakan tanda peringatan bertuliskan “Wet floor”.

Tak lama JaeJoong pun keluar dari salah satu kamar closet. YooChun menolehnya. Mulutnya terbuka ingin memberitahu JaeJoong kalau lantainya basah, namun terlambat. Dan akhirnya,

Bukkk…!!!

“Aaaaaa…..!!!”

JaeJoong jatuh terduduk setelah kakinya terkilir. Dia menjerit kaget sekaligus nyeri di bagian kaki kirinya.

“Jae, aku baru akan memberitahumu kalau lantainya basah. Mianhae, aku terlambat,” ucap YooChun sambil berjongkok di depan JaeJoong yang meringis dengan tangan yang meremas betisnya.

“Chunnie, kakiku kram, tidak bisa digerakkan,” kata JaeJoong sambil menahan sakitnya. Kaki kirinya tak bisa dilipat. YooChun menatap terkejut. Lalu dia segera mengangkat tubuh JaeJoong dan mendudukkannya di atas wastafel.

“Aku pernah belajar memijat sewaktu di Amerika. Mudah-mudahan ini sedikit membantu,”ujar YooChun sambil melepaskan sandal JaeJoong dan meraih pergelangan kakinya. YooChun mulai memijat diiringi teriakan JaeJoong yang kesakitan.

“Chunnie, stop! Sakit sekali.”

“Sebentar lagi, Jae. Kau jangan menjerit seperti itu. Nanti terdengar orang lain.” Tangan YooChun mulai naik ke betis JaeJoong dan memijatnya dengan perlahan. JaeJoong meringis berusaha menahan teriakannya. Tangannya mencengkeram pundak YooChun sambil menahan sakit akibat pijatan YooChun. YooChun meraih bagian atas lutut JaeJoong dan kian naik ke atas. Kali ini jeritan kesakitan JaeJoong bercampur dengan tertawa geli yang ia rasakan. JaeJoong tertawa sekaligus menjerit sambil membenamkan wajahnya di pundak YooChun. Sedangkan YooChun konsentrasi mencari urat-urat yang berhubungan dengan terkilirnya kaki JaeJoong.

“Chunnie! Stop!, aku tak tahan lagi. Geli hahaha…..” JaeJoong tertawa di balik pundak YooChun saat jemari YooChun menyusuri urat yang terdapat di belakang lutut JaeJoong. YooChun pun ikut tertawa. Ia juga merasa kegelian akibat ulah rambut JaeJoong yang menggelitik lehernya.

Brakkk…!!!

Terdengar pintu dibuka dengan kasar, dan di baliknya tengah mematung sesosok lelaki yang menatap tajam kearah dua lelaki di dalam toilet itu. YooChun dan Jaejoong menoleh kaget, tampak JunSu dengan pandangan kecewa, di pipinya tengah mengalir sungai bening yang berasal dari matanya yang basah. JaeJoong repleks melepaskan pelukannya di pundak YooChun, dan YooChun pun segera menjauhkan tubuhnya dari JaeJoong.

“JaeJoong, kau…!” teriak JunSu sambil membalikkan badan dan berlari menjauhi toilet. YooChun terpaku sambil menatap kosong ke tempat JunSu berdiri tadi. pikirannya masih shock dengan kejadian barusan.

“Chunnie, tunggu apa lagi? Cepat kejar JunSu,” bentak JaeJoong sambil mendorong tubuh YooChun. YooChun seakan baru tersadar. Dia segera menuju pintu toilet, namun segera dipanggil kembali oleh JaeJoong.

“Chunnie, aku minta tolong panggilkan YunHo kemari. Dia tak membawa ponsel.”

“Ya, kau duduk disana saja. Jangan turun dulu.” YooChun pun hilang dibalik pintu untuk menyusul JunSu yang membawa lukanya akibat pemandangan menyakitkan yang diperolehnya di ruangan toilet tadi.
Namun sebelumnya YooChun menuju ruang pertunjukan untuk memberitahu YunHo tentang keadaan JaeJoong.

YooChun pun setengah berlari menuju pintu keluar gedung. Tiba di halaman gedung, tampak mobil JunSu sudah tidak ada. YooChun merogoh saku celananya dan menemukan kunci mobil JunSu disana. Aish, dia lupa kalau mereka berdua sama-sama memegang kunci mobil. YooChun segera menyetop taksi yang kebetulan lewat di sana.

Tak lama taksi itu pun melesat kearah apartemen JunSu. Keadaan di jalanan cukup macet sehingga membuat perjalanan YooChun sedikit terhambat. Namun YooChun sebenarnya tak terlalu panik karena ini. Bahkan dia tengah berbahagia sekarang. Tadi dia melihat ekspresi JunSu yang menyatakan kecemburuannya yang dalam. Air mata JunSu yang mengalir ketika JaeJoong memeluknya membuat YooChun sangat yakin tentang perasaan JunSu. Ya, JunSu cemburu. Berarti JunSu pun mencintainya. Kini YooChun merasa yakin kalau dirinya tak bertepuk sebelah tangan. YooChun sudah tak sabar ingin segera bertemu dengan JunSu dan menyatakan perasaannya yang telah lama ia pendam.

Taksi pun berhenti di depan gedung apartemen JunSu. Tampak mobil JunSu terparkir di sana. Setelah membayar ongkos taksi, YooChun segera memburu lift yang akan mengantarkannya ke lantai dimana apartemen JunSu berada.

Sekeluarnya dari lift, YooChun menuju pintu apartemen, ternyata tidak dikunci. YooChun pun masuk ke dalam. Ruangan masih gelap, namun tampak bias cahaya yang keluar dari bawah pintu kamar JunSu. YooChun memanggil JunSu dengan riang.

“Su…, Su…., dimana kau? Apa kau sedang cemburu? Aku senang kau cemburu, berarti kau menyukaiku, bukan? Hahaha… Su…, where are you, honey? Chagiya...” panggil YooChun sambil berjalan perlahan mendekati kamar JunSu. Namun tak ada sahutan dari dalam kamar.
YooChun pun membuka perlahan pintu kamar itu hingga melebar sepenuhnya.

“Suuuuuu….!” jerit YooChun sambil memburu JunSu yang sedang terlentang di atas kasur. Wajahnya pucat, matanya terpejam, di pergelangan tangan kirinya terdapat sayatan yang cukup lebar dan darah tak hentinya keluar dari sana.

Tbc…